Kuala Lumpur (ANTARA News) - Negara-negara negara ASEAN memiliki potensi ekonomi yang besar, tapi investasi untuk membangun perekonomian di kawasan itu masih sangat rendah, terutama pada proyek-proyek infrastruktur.Oleh karena itu, pada Asean Infrastructure Financing Mechanism (AIFM) Conference di Kuala Lumpur, Senin (10/11), para peserta konferensi menginginkan ada langkah bersama anggota ASEAN untuk meningkatkan investasi pada proyek-proyek infrastruktur ekonomi yang memiliki koneksitas.Konferensi itu dibuka oleh wakil PM Malaysia sekaligus menteri keuangan Najib Tun Razak, dan dihadiri pula oleh Sekjen Asean Dr Surin Pitsuwan dan Ketua Asean Capital Market Forum Thirachai Phuvanatnaranubala.AIFM didirikan oleh para menteri keuangan Asean tahun 2006. Satgas AIFM ini kini diketuai oleh Malaysia. AIFM berfungsi untuk menghubungkan pencarian dana untuk infrastruktur ekonomi dengan pasar modal, sekaligus mendorong swasta ASEAN dan internasional ikut serta dalam pembangunan infrastruktur ekonomi di kawasan itu.Dalam sambutannya Najib memaparkan data, ASEAN mempunyai 600 juta penduduk. Asean merupakan kawasan yang berkembang paling cepat di dunia karena pendapatan perkapitanya naik dua kali lipat dalam satu dekade ini dari 949 dolar AS menjadi 2.091 dolar AS per tahun."Tapi dibalik pertumbuhan yang tinggi ada kesenjangan di dalam negara-negara Asean cukup tinggi. Masih ada rakyat yang tidak punya akses kebutuhan hidup layak dan menikmati infrastruktur ekonomi yang baik. Kita harus memperkecil kesenjangan masyarakat ASEAN," katanya.Najib mengatakan, AIFM harus menemukan formulasi bagaimana merangsang investasi pada infrastruktur ekonomi karena menurut proyeksi ADB (Asian Development Bank), ASEAN perlu dana investasi infrastruktur sebesar 583,1 miliar dolar AS dalam periode 2006-2015 atau perlu 58,3 miliar dolar AS per tahunnya.Sementara swasta hanya mampu mengisi sebesar 10,9 miliar dolar AS per tahun atau seperlima dari biaya yang diperlukan. "Kita perlu gali sumber pendanaan lainnya dari dalam ASEAN sendiri," katanya.Potensi Keuangan Dari sisi pasar modal, kepala pasar modal Malaysia Zarinah Anwar mengungkapkan ASEAN punya sumber-sumber keuangan yang mampu membuat pasar modal berlari kencang. Kawasan ini punya pertumbuhan tabungan mencapai 35 persen, hampir dua kali lipat dari NAFTA dan satu setengah kali lebih tinggi dari Uni Eropa."Tapi sayangnya, investasi langsung di antara negara-negara ASEAN masih rendah. Oleh sebab itu, forum ini mengajak pemerintah negara ASEAN, pelaku bisnis dan investor untuk bersatu dan mencoba membangun infrastruktur ekonomi yang memiliki konektivitas dengan negara tetangga," katanya.Para regulator pasar modal di ASEAN melalui ACMF (Asean Capital Market Forum) terus bekerjasama, berbagi pengalaman, agar pasar modal dapat berikan kontribusi besar pada pembangunan infrastruktur. "Para menteri keuangan ASEAN telah meluncurkan standar tranparansi yang dikenal sebagai ASEAN dan Plus Standard, diciptakan oleh para regulator sekuritas untuk efisiensi dan kemudahan penawaran saham antar pasar modal," tambah Zarinah.Walaupun potensi keuangan di ASEAN sendiri besar tapi kapitalisasi pasar modalnya masih rendah.Menurut catatan Zarinah, kapitalisasi pasar modal ASEAN hanya 2,1 persen dari kapitalisasi pasar global. Total kapitalisasi market hanya setengah dari nominal PBD (GDP) ASEAN sebesar 1,5 triliun dolar AS.Selain itu, ASEAN hanya punya 120 perusahaan yang sudah "go public" dengan kapitalisasi pasar lebih dari 1 miliar dolar AS dibandingkan dengan 4.100 perusahaan "go public" di seluruh dunia."Berdasarkan standar global, pasar modal kita dan perusahaan yang masuk ke pasar modal (public-listed companies) relatif kecil dibandingkan dengan kapasitas ekonomi kita. Hal itu merefleksikan kesenjangan antara pasar modal dengan potensi tabungan yang lebar sehingga kurang mendukung pembangunan infrastruktur ekonomi yang punya koneksitas di regional," katanya.Pooling Fund Berbagai nara sumber berbicara pada AIFM Conference di antara eksekutif direktur pasar modal Malaysia Goh Ching Yin, penasehat khusus Institute ADB Dr Biswa N Bhattacharyay, Direktur BNP Paribas Capital Mak Hoy, ekonom senior World Bank Timothy Irwin.Menurut wakil dari Depkeu RI Dalyono dalam konferensi itu muncul juga gagasan "pooling fund" yakni semua negara Asean memberikan sejumlah uang dalam satu account untuk membuat proyek infrastruktur bersama. Dana itu kemudian dibangun jalan tol, hasil keuntungannya diinvestasikan lagi di infrastruktur ekonomi di negara lainnya.Tapi gagasan itu ditolak oleh banyak peserta karena muncul masalah, siapa yang mengawasi dana itu, negara mana yang akan menerima proyek bersama itu."Semua peserta masih mencari formulasi yang tepat agar keinginan para menteri keuangan ASEAN agar dana di ASEAN sendiri bisa diserap dan digunakan untuk pembangunan infrastruktur ekonomi," kata Dalyono.Sekjen ASEAN Surin mengatakan, perlunya akses ke pasar modal regional dan internasional untuk mendanai dalam pembangunan infratruktur vital. "Ketika ASEAN sukses menyalurkan tabungan masyarakat ke pembangunan infrastruktur, infratruktur besar perlu sumber-sumber pendanaan yang lebih besar lagi dari yang ada. Diperkirakan ASEAN masih perlu dana lagi sebesar 420 miliar dolar AS per tahun sepanjang 2006-2015,"Untuk itu negara-negara Asean perlu duduk bersama untuk menjawab bagaimana memenuhi kebutuhan dana pembangunan proyek infratruktur ekonomi di kawasannya, di samping mengharapkan dana dari ADB dan World Bank.(*)
Oleh oleh Adi Lazuardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008