Chicago (ANTARA News/Reuters) - Senator Hillary Clinton muncul, Kamis, sebagai seorang calon Menlu AS bagi Barack Obama, beberapa bulan setelah Obama mengalahkannya dalam persaingan sengit di babak pemilihan pendahuluan calon presiden Partai Demokrat.
Menempatkan Hillary Clinton, istri mantan Presiden Bill Clinton, dalam posisi ini dapat membantu menyembuhkan luka betapapun dalamnya perpecahan dalam tubuh Partai Demokrat menyusul persaingan sengitnya dengan Obama.
Obama tak memilih Clinton sebagai calon wakil presiden dan malahan menunjuk Senator Joe Biden, keputusan yang memicu kemarahan para pendukung fanatiknya dan memperlebar keretakan dalam partai yang kemudian diupayakan dengan keras untuk ditutup oleh Obama dan Clinton.
Pemilihannya sebagai diplomat penting juga dapat berarti kebijakan luar negeri yang lebih keras ketimbang yang hendak ditempuh Obama dalam kampanye kepresidenannya.
Dalam rangkaian kampanyenya, Clinton bersikap enggan ketimbang Obama untuk menetapkan jadwal penarikan pasukan AS dari Irak.
Namun demikian, baik Obama maupun Clinton, bersikap pantang menyerah dalam upayanya memperbaiki citra AS di luar negeri dan memperbaiki apa yang mereka anggap "berbagai kebijakan gagal" pemerintah Bush yang sebentar lagi berakhir.
NBC News dan The Washington Post melaporkan bahwa Clinton dipertimbangkan untuk menduduki posisi diplomatik penting AS.
CNN melaporkan Senin malam Clinton tampaknya tak menolak jabatan itu.
"Saya bahagia menjadi Senator dari New York, saya cinta kota ini. Saya melihat daftar panjang apa yang harus saya kejar dan kerjakan. Namun saya ingin menjadi mitra yang baik dan ingin melakukan segala hal yang dapat dilakukannya untuk mensukseskan agendanya," ujar Clinton.
Mantan Ibu Negara itu pernah mengatakan dalam kampanye pemilihan pendahuluan Demorat bahwa Obama kurang berpengalaman untuk menjadi presiden.
Akan tetapi mereka kemudian memperbaiki hubungan mereka dan dalam Konvensi Nasional Demokrat di Denver, dengan menegaskan "Barack Obama adalah calon saya dan ia harus menjadi presiden kita." (*)
Copyright © ANTARA 2008