Paris, (ANTARA News) - Para wakil dari enam negara kuat yang terlibat perundingan ai sengketa program nuklir Iran, menegaskam kembali pendekatan dua jalur yaitu dialog dan pemberian sanksi-sanksi kepada Teheran, kata kementerian luar negeri Prancis, Kamis. Perwakilan China, Jerman, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat bersama dengan Prancis dan wakil dari kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana bertemu di Paris Kamis malam guna membahas masalah nuklir Iran, kata kementerian itu dalam pernyataannya. Komunike menyerukan bahwa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) 'menegaskan kembali pentingnya pendekatan dua jalur' yaitu berbicara dengan Teheran tapi juga mempertimbangkan pengenaan beberapa sanksi terhadap rezim tersebut, jika mereka gagal menghentikan program nuklirnya yang sensitif. Teheran tetap bertahan bahwa pihaknya melakukan pengayaan uranium hanya untuk membuat pabrik tenaga listrik untuk keperluan damai. Sementara itu negara-negara kuat Barat, terutama Washington, mencurigai Iran berusaha mengembangkan bom atom. "Pertemuan mengizinkan para peserta untuk memberikan tinjauan berkaitan dengan situasi saat ini dan membahas cara-cara mendatang berkaitan dengan sikap mendua tersebut," kata kementerian itu. Mereka menambahkan bahwa enam negara kuat akan melanjutkan perundingan-perundingan mereka mengenai langkah-langkah selanjutnya pada pekan-pekan mendatang. Menjelang pertemuan Kamis, Menteri Luar Negeri Prancis Bernard Kouchner mengatakan kepada para wartawan, bahwa 'kami selalu mendukung keduanya baik pemberian sanksi maupun dialog, dan hal itu hendaknya berlanjut seperti itu." Dia menambahkan: "Kami belum membuahkan banyak hasil dalam upaya-upaya kami melalui dialog dengan Iran ... (tetapi) hal itu bukan alasan bagi kami untuk menyerah." Kouchner juga mencatat, bahwa Presiden AS terpilih Barack Obama telah bicara semasa kampanye pemilihannya mengenai kemungkinan membuka dialog antara Washington dengan Teheran. "Hal itu terserah pada presiden Amerika yang akan memulai berpemerintahan pada Januari," setelah dia dilantik, kata Kouchner.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008