Ia membagikan kisah tersebut kepada mahasiswa dan mahasiswa pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Doktor Soetomo Surabaya yang menyambangi Kantor Kemenko Polhukam di Jakarta, Senin.
"Dulu saat saya kuliah Saudara, kalau ada pak Amien Rais berbicara di manapun, saya kejar," ujar Mahfud kepada audiens dari kalangan akademisi tersebut.
Ia mengatakan ada tradisi akademik di saat itu yang ingin tahu apa pun yang disampaikan para tokoh nasional meskipun tidak pernah dinilai oleh dosen pengampu mata kuliah yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
Ia menambahkan, kalau harus membayar pun dia rela jika memang pembicaraan itu dilakukan dalam seminar berbayar.
Tradisi akademik itu ingin Mahfud bagikan kepada mahasiswa-mahasiswa saat ini supaya tradisi tersebut tidak luntur termakan zaman.
Alasannya, karena Mahfud ingin mahasiswa mengetahui suatu peristiwa langsung dari mulut para pelaku peristiwa tersebut.
Ia mencontohkan dalam masalah internasional saat ini, yang mengatakan Indonesia dan China sedang ribut.
Baca juga: Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin siaga antisipasi krisis Natuna
Baca juga: Warga Natuna tolak klaim China
Baca juga: ICW imbau wacana Bakamla jadi single coast guard dipertimbangkan lagi
Dalam hal itu, mahasiswa bisa mempresentasikan langsung gagasannya kepada pelaku peristiwa tersebut yakni Menko Polhukam dengan basis Hukum Tata Negara, Hukum Internasional, dan lain-lain yang dimiliki masing-masing.
"Hal itu yang dinamakan tradisi akademik, jadi selain saudara di sini senang-senang, jalan-jalan di Jakarta, saudara juga bisa memanfaatkan ini sebagai memperkuat jati diri sebagai akademisi," kata Mahfud.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020