Yang penting, untuk wilayah sungai kami bertanggung jawab untuk pembangunannya. Pemprov DKI bertanggung jawab untuk pembebasan lahannya

Jakarta (ANTARA) - "Dar der dor', bunyi petasan mendekati malam pergantian tahun baru 2019-2020 terdengar ramai kendati gerimis mengguyur sudut Kota Jakarta Timur pada Selasa malam (31/12/2019).

Tepat pukul 00:00 WIB, bunyi petasan semakin bergemuruh di langit Jakarta.

Seperti tidak mau kalah menyambut pergantian tahun, rintik yang tadinya hanya gerimis kemudian "riuh ramai" menjadi hujan deras.

Hujan terus mengguyur kawasan DKI Jakarta bahkan hingga pagi berseri.

Kendati mereda, namun gerimis masih menyertai matahari yang malu-malu pada awal tahun 2020 itu.

Rintik-rintik kecil terus terjun dari langit di Jakarta. Rupanya hujan tidak hanya terjadi di kawasan Ibu Kota, namun daerah-daerah di sekelilingnya seperti Bogor dan Bekasi Provinsi Jawa Barat juga rata diguyur air.

Informasi-informasi pun kemudian ramai tersebar via media sosial. Unggahan-unggahan video dan foto mengenai genangan air maupun banjir mulai memenuhi konten-konten medsos seperti Instagram, hingga kepada aplikasi diskusi WhatsApp.

Pada awalnya, ANTARA waspada menyaksikan video-video seperti mobil hanyut, aliran air yang deras di jalanan perumahan, maupun foto-foto dan video satwa liar berkeliaran karena terdampak banjir yang dikhawatirkan hanya "fake news".

Namun setelah mendapat kabar menyedihkan dari salah satu kerabat yang tinggal di Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, ANTARA menyadari jika fenomena banjir besar memang tengah mengancam ibu kota dan sekitarnya.

Bagaimana tidak, kerabat ANTARA yang telah tinggal selama 23 tahun di Perumahan Vila Nusa Indah itu baru kali ini mengalami banjir yang masuk ke dalam rumah hingga setinggi dada orang dewasa.

Selain itu, ANTARA pun melihat kawasan di Kampung Pulo, Jakarta Timur untuk mengetahui kondisinya.

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuruni anak tangga ketika meninjau pembangunan Bendungan Ciawi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/12/2018). Pembangunan Bendungan Sukamahi yang memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik serta Bedungan Ciawi sebesar 6,45 juta meter kubik tersebut diharapkan dapat mencegah banjir kiriman ke Ibu Kota yang berasal dari Bogor dan ditargetkan selesai pada 2019. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

Kali Ciliwung
Turap beton di bantaran Kali Ciliwung tidak dapat menahan air sungai sehingga membludak ke rumah-rumah warga.

Sebelumnya, areal di sisi Kali Ciliwung itu terbebas banjir setelah program normalisasi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta sejak 2013 dan berakhir pada 2015.

Namun tidak demikian pada pagi di awal tahun 2020. Air menggenang kembali di rumah warga karena luapan Sungai Ciliwung meluber melebihi tembok beton.

Sungai meluap bahkan ke badan jalan Jatinegara Barat. Air keruh berwarna kecoklatan juga menggenangi jalur Trans Jakarta. Warga yang mengungsi dari Kampung Pulo pun ramai menempati sisi jalan tersebut.

Mengingat banjir terjadi di beberapa tempat yang biasanya tidak "langganan", terdapat beberapa faktor yang ternyata menyebabkan air meluap begitu besar pada awal tahun ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini pada Senin (23/12/2019) terkait fenomena cuaca ekstrem pada libur Natal dan Tahun Baru di lamannya.

Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pada akhir Desember 2019 terjadi distribusi curah hujan cukup signifikan terjadi di sebagian besar wilayah Sumatera, Kalimantan, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Utara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Kondisi cuaca itu disebabkan beberapa faktor seperti dinamika atmosfer skala regional dan lokal terkini yaitu adanya Monsun Asia yang mulai menunjukkan aktifitas signifikan sehingga dapat menyebabkan peningkatan massa udara basah, terbentuknya pola konvergensi, perlambatan, dan belokan angin di beberapa wilayah.

Suhu muka laut di beberapa wilayah perairan Indonesia yang masih hangat juga mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

BMKG telah menyampaikan peringatan waspada akan cuaca ekstrem dan hujan lebat pada libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.

Bencana hidrometeorologi pun tak terhindarkan di beberapa wilayah Indonesia seperti banjir, tanah longsor, dan pepohonan/baliho tumbang.

BMKG pun memperbarui potensi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan di awal Januari 2020. Kali ini fenomena gelombang atmosfer atau "Equatorial Rossby Wave" dan "Kelvin Wave" yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia turut memperkuat terjadinya cuaca ekstrem.

Curah hujan lebat dengan petir, serta angin kencang diprediksi terjadi pada 5-8 Januari 2019 di beberapa daerah yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Wilayah di Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua juga diprediksi terjadi cuaca ekstrem.

Lalu pada periode 09-12 Januari 2020, BMKG meminta warga di sejumlah daerah tetap waspada akan cuaca ekstrem tersebut yakni di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan NTT.

Selain itu daerah di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua juga diperkirakan akan terdampak.

Hulu hilir
Pemerintah, baik tingkat pusat maupun tingkat provinsi, diharap melakukan upaya terbaik untuk menangani banjir, tidak hanya dalam menangani pascabanjir seperti mengevakuasi dan mengirimkan bantuan bagi warga.

Persiapan musim penghujan seperti membangun fasilitas pengelolaan aliran air mulai dari hulu di kawasan pegunungan hingga wilayah hilir di Jakarta wajib dilakukan.

Presiden Joko Widodo memerintahkan agar koordinasi kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah diperkuat dalam bersiap menghadapi curah hujan yang lebih lebat pada Februari 2020.

​​​​​​​Jokowi telah mengumpulkan menteri dan kepala lembaga untuk membahas penanganan bencana banjir dan persiapan menghadapi cuaca ekstrem pada Jumat (3/1).

Upaya pemerintah pusat dalam mengendalikan aliran air sehingga tidak menyebabkan banjir di Ibu Kota Jakarta juga terus dilakukan.

Pembuatan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi di Kabupaten Bogor ditargetkan selesai akhir tahun ini.

Presiden Jokowi pun pernah meninjau pembangunan bendungan itu pada Desember 2017.

Pembangunan bendungan itu sebelumnya ditargetkan selesai pada 2019. Namun mundur karena kendala pembebasan lahan.

Pada Agustus 2019, pembebasan lahan Bendungan Sukamahi sudah 82,81 persen, sementara Bendungan Ciawi sebesar 78 persen.

Bendungan Ciawi memiliki volume 6,45 juta kubik air atau dapat dialiri 365 meter kubik air per detik.

Sementara Bendungan Sukamahi memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik atau aliran air sebesar 56 meter kubik per detik.

Selain di kawasan hulu, upaya menangani banjir dengan pengelolaan sungai juga dilakukan di kawasan hilir di Jakarta.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta pada Jumat (3/1) memaparkan upaya pengelolaan aliran air di kawasan hilir.

Upaya tersebut di antaranya program normalisasi sungai, serta meneruskan pembangunan sudetan Kali Ciliwung yang menyalurkan air ke Kanal Banjir Timur.

Namun demikian, proses pembangunan keduanya terkendala masalah pembebasan lahan.

Dia menjelaskan baik program normalisasi, maupun "naturalisasi" yang direncanakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tetap membutuhkan pelebaran badan sungai.

Hal itu akan menambah daya tampung sungai yang melewati ibu kota tersebut.

Untuk sudetan sepanjang 1,2 km, Basuki mengatakan sudah terbangun sepanjang 600 meter. Sisanya lagi akan langsung diteruskan setelah pembebasan lahan selesai.

​​​​​​​Basuki menegaskan pembangunan "intake" untuk air dan sisa saluran sepanjang 600 meter di sudetan akan memakan waktu sekitar enam bulan.

Sudetan itu direncanakan dapat mengalirkan air dari Sungai Ciliwung sebesar 60 meter kubik per detiknya.

Untuk kapasitas aliran Sungai Ciliwung sebelum dinormalisasi dengan lebar 10-20 meter mencapai 200 meter kubik per detik.

Sementara kapasitas debit air banjir Kali Ciliwung mencapai 570 meter kubik per detik.

Sehingga jika sudetan itu terbangun maka debit air banjir dapat terkurangi menjadi 510 meter kubik.

Agaknya memang untuk menangani banjir diperlukan upaya bersama yang dikerjakan secara riil, bukan hanya berseloroh soal konsep.

"Yang penting, untuk wilayah sungai kami bertanggung jawab untuk pembangunannya. Pemprov DKI bertanggung jawab untuk pembebasan lahannya," jelas Basuki.

Tidak hanya Jakarta, pesan Presiden pun jelas ditujukan bagi seluruh pemerintah daerah di Indonesia.

​​​​​​​Jokowi memerintahkan agar seluruh aparat pemerintah dan aparat keamanan bersiaga dan membantu dalam mengatasi dampak bencana cuaca ekstrem saat ini.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dalam jumpa pers bersama Kepala BNPB Doni Monardo (kiri pertama), Menteri Sosial Juliari Batubara (kiri kedua), Menteri Kesehatan Terawan Agus (kanan pertama), Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (kanan kedua) di Kantor Presiden, Jakarta pada Jumat (3/1/2020). Presiden mengarahkan untuk melanjutkan seluruh pembangunan yang dapat mencegah banjir di DKI Jakarta. (Bayu Prasetyo)

Rencana darurat
"Masih dibutuhkan kesiapsiagaan seluruh daerah. Presiden jelaskan kembali kepada kami untuk sampaikan pesan kepada seluruh pemda agar kolaborasi pusat-daerah dan didukung TNI, Polri, dan relawan hendaknya menjadi suatu kekuatan yang bisa melakukan berbagai upaya pencegahan, mitigasi, dan ketika terjadi keadaan darurat bisa meminimalisir korban," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dalam jumpa pers.

​​​​​​​Doni meminta pemerintah di seluruh daerah, yang diprediksi mengalami cuaca ekstrem, untuk siap mengevakuasi dan sigap melakukan darurat bencana, terutama kepada warga yang berada di pinggiran daerah aliran sungai.

​​​​​​​BNPB juga mengusulkan agar masing-masing pemerintah daerah memiliki rencana darurat dengan mempertimbangkan bencana yang kerap datang, seperti banjir, kebakaran hutan maupun tanah longsor.

Hingga pada Sabtu sore (4/1/2020), BNPB mendata total korban jiwa akibat bencana banjir di kawasan Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat yakni sebanyak 60 jiwa.

Jadi, untuk banjir kali ini utamanya disebabkan oleh faktor cuaca sehingga hujan intensitas besar jatuh pada saat infrastruktur sungai, sudetan, dan bendungan belum siap.

Peralihan tutupan lahan perbukitan dari pohon keras menjadi tanaman perdu juga mempengaruhi kecepatan air di permukaan tanah. Hal itu tentu dapat memicu longsor kala hujan deras mengguyur area bukit.

Masyarakat pun diminta partisipasi dalam menjaga keseimbangan alam, serta menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah ke saluran air yang tentunya menambah parah banjir di daerah-daerah.

Ke depan, agaknya masyarakat berharap kesigapan pemerintah daerah dalam mempersiapkan "payung sebelum hujan", bukan hanya "perahu karet ketika banjir telah datang".

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020