Jakarta (ANTARA News) - Economist Intelligence Unit memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 hanya 3,7 persen, melamban karena pengaruh krisis keuangan dunia. Menurut analis yang juga Direktur Corporate Network EIU Justin Wood, tidak ada satu negara pun yang kebal terhadap hantaman krisis keuangan global. Dalam siaran persnya Rabu, ia mengatakan, ketatnya likuiditas keuangan global membuat Indonesia sulit mendapatkan sumber pendanaan. Oleh kerenanya pertumbuhan investasi aset tetap di Indonesia juga akan turun. Dalam laporan kajian risiko berbisnis di Indonesia yang diterbitkan EIU Oktober 2008, diperkirakan ada aliran modal keluar dari Indonesia pada tahun depan. Itu akan mengakibatkan perusahaan-perusahaan kesulitan pendanaan karena cadangan valuta asing yang menipis. Indonesia akan mengalami kesulitan akibat dampak krisis global yang mulai terasa mempengaruhi pasar modal. Sejumlah besar surat hutang negara yang dipegang oleh investor asing dikhawatirkan akan menyulitkan Indonesia di masa depan. "Nilai rupiah terhadap dolar Amerika telah turun drastis dalam beberapa minggu terakhir. Meski tidak terjadi krisis neraca pembayaran, namun risiko pelarian modal terutama dari investor domestik yang sejauh ini percaya pada rupiah, masih ada," jelas Wood. Wood menambahkan kebijakan uang ketat yang diterapkan Bank Indonesia untuk mengatasi inflasi dan upaya menjaga suku bunga tinggi untuk mempertahankan nilai rupiah justru akan mengurangi belanja konsumen dan menghambat investasi. Meski Indonesia telah membuat perbaikan penting beberapa tahun terakhir, namun masih banyak masalah yang perlu diselesaikan untuk membantu Indonesia tahan menghadapi krisis finansial dan ekonomi. "Hutang sektor publik telah diturunkan besar-besaran sejak tahun 2000. Hal itu akan memberikan keleluasaan untuk melakukan stimulus fiskal di saat-saat sulit mendatang," tutur Wood. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008