Jakarta (ANTARA News) - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mengkhawatirkan dampak rambatan krisis ekonomi dan keuangan dunia pada pasar domestik kendati indikator ekonomi makro semakin membaik sehingga DPD meminta pasar domestik itu diproteksi pemerintah. "Betapa pun baik ekonomi makronya, tapi ini baru awal. Kami mengkhawatirkan ekor krisis," ujar Anthony Charles Sunarjo, Ketua Panitia Ad Hoc (PAH) IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, Rabu. DPD akan menyampaikan sikap resminya tentang krisis ekonomi dan keuangan dunia tersebut melalui keputusan Sidang Paripurna DPD pada Kamis (13/11) nanti. Kalau Amerika Serikat diprediksi membutuhkan waktu dua tahun untuk keluar dari krisis ekonomi dan keuangan dunia beserta dampak rambatannya, Indonesia justru mungkin akan lebih lama lagi. "Mungkin akan tiga, empat, atau lima tahun. Ini akan lebih berbahaya," kata Anthony. Oleh karena itu, dampak rambatan krisis ekonomi dan keuangan dunia itu harus segera diantisipasi dengan menguatkan serta memproteksi pasar dalam negeri, memperkuat sektor riil, dan menjaga daya beli masyarakat. Pergerakan sektor riil dan daya beli masyarakat sendiri diprediksi akan melambat menyusul penurunan kegiatan ekspor dan investasi. Anthony mengatakan, DPD telah meminta Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga supaya sektor riil bergerak kembali dengan memperhitungkan inflasi yang cenderung menurun saat ini. Penjaminan penuh (full guarantee) BI diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dana dan bertransaksi di bank. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Ketut Suardana berpendapat, seluruh stimulus ekonomi diharapkan berdampak positif pada sektor riil sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK), kebangkrutan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah bisa terhindar. Indonesia belum terlepas sepenuhnya dari krisis karena sektor riil masih terseok-seok, ditandai dengan melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, pertambangan, dan pertanian. "Kalau stimulus dikeluarkan akan menurunkan kurs rupiah terhadap dollar," katanya yakin. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008