Jakarta (ANTARA News )- Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu pagi, merosot mencapai angka Rp11.500 per dolar AS, akibat masih berlanjutnya aksi beli dolar AS oleh pelaku pasar. Nilai tukar rupiah terhadap greenback, demikian biasanya dolar AS disebut, melemah menjadi Rp11.500/11.600 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.100/11.200 atau turun 400 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu, rupiah diperkirakan sampai akhir pekan ini akan bisa mencapai angka Rp12.000 per dolar AS. Kemerosotan rupiah yang cukup tinggi ini diperkirakan akan memicu Bank Indonesia (BI) untuk kembali melakukan intervensi pasar agar mata uang Indonesia tidak sampai ke level Rp12.000 per dolar AS, ucapnya. Rupiah, menurut dia, sampai saat ini masih akan terpuruk, karena tekanan pasar makin kuat dan sulit dibendung, meski cadangan devisa BI telah tergerus cukup besar. Gejolak krisis keuangan global yang tak menentu merupakan faktor utama yang membuat rupiah semakin terpuruk, sekalipun bank-bank sentral dunia telah menyuntikkan dananya ke pasar global, ucapnya. BI kemungkinan akan mempergunakan instrumen BI Rate dengan menaikkan tingkat bunganya, namun masalahnya saat ini likuiditas mulai melonggar, meski gejolak krisis keuangan masih terjadi, katanya. Masalahnya apakah BI berani menaikkan suku bunga, sedangkan likuiditas perbankan agak mengendor dan dunia usaha yang semakin sulit bergerak, imbuhnya. Dengan Indponesian menghadapi pemilihan umum pada tahun depan, rupiah dikhawatirkan akan kian merosot karena hiruk pikuk politik ini akan berakibat mengendornya perhatian terhadap mata uang lokjal itu. Bahkan suntikan dana sejumlah bank sentral asing sampai saat ini masih belum memberikan tekanan positif terhadap pasar global, demikian Kostaman. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008