Kasipute, Sultra (ANTARA News) - Sepuluh orang dinyatakan meninggal di lokasi tambang emas Sungai Tahi Ite, Kecamatan Rarowatu dan Sungai Wabubangka, Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Kasat Polisi Pamong Praja Pemerintah Kabupaten Bombana, Kasman S.Sos mengatakan, mereka meninggal karena tertimbun tanah longsor akibat membuat lubang galian di pinggiran gunung. "Semua korban telah kami kembalikan ke rumah masing-masing, termasuk korban yang berasal dari luar daerah Bombana," kata Kasman, Rabu. Sejak tambang rakyat dibuka di daerah tersebut, situs penambangan emas tradisional itu telah mengakibatkan lebih dari 60 orang tertimpa berbagai kecelakaan di mana 10 orang diantaranya terenggut nyawanya saat mendulang emas. Kasman mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Bombana belum memberikan bantuan kepada para korban karena belum mendata para pendulang ini sehingga bisa dikatakan hampir semua penambang emas tidak terdaftar alias ilegal. "Sejak penertiban kartu bagi warga yang ingin mendulang emas, baik warga lokal sendiri maupun luar daerah (penambang resmi), belum ada laporan korban jiwa yang meningggal di lokasi tambang akibat tanah longsor ataupun tertimpa pohon di pinggiran sungai," ujarnya. Kasman mengatakan, pihaknya bersama aparat TNI dan Polri terus mengingatkan warga pendulang emas untuk tidak melakukan penggalian yang mengancam keselamatan kerja sehingga korban jiwa dapat dicegah sedini mungkin. "Petugas keamanan terus melakukan pemantauan disepanjang sungai yang digali pendulang untuk mendapatkan emas, sehingga jika galian tersebut dianggap rawan, maka warga diminta untuk segera meninggalkannya," katanya. Pantauan di lokasi Tambang Sungai Tahi Ite menunjukkan, sungai dan anak sungai yang sebelumnya sempit, kini melebar karena warga menggali emas hingga pinggiran gunung. Selain menggali lubang besar di aliran sungai utama, mereka juga membuat lubang galian berkedalaman 3-4 meter yang jaraknya hanya 20 meter dari pinggiran sungai. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008