Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa sore, makin terpuruk mendekati angka Rp11.500 per dolar AS menjadi Rp11.330/11.380 dari sebelumnya Rp11.000/11.100 atau melemah 330 poin. Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Selasa, mengatakan rupiah makin terpuruk, karena pemerintah kesulitan menghadapi gejolak krisis keuangan global yang terus menekannya. Gejolak global yang makin parah sulit diatasi sekalipun Bank Indonesia (BI) sudah melakukan intervensi pasar, katanya. BI, menurut dia, akan melakukan intervensi hanya sewaktu-waktu saja, apabila rupiah tertekan hingga dalam persen yang cukup besar. Apalagi cadangan devisa BI makin menipis akibat aksi intervensi yang dilakukan setiap saat untuk menjaga rupiah agar tidak terpuruk lebih dalam, ucapnya. Rupiah, katanya, diperkirakan sepanjang pekan akan dapat menembus angka Rp12.000 per dolar AS, kecuali bila BI menaikkan kembali suku bunga acuan berkisar antara satu sampai dua persen. Apabila BI menaikkan suku bunga pada kisan tersebut dan tidak hanya 25 basis poin, maka tekanan terhadap rupiah kemungkinan akan terhenti dan mata uang Indonesia akan kembali menguat. Masalahnya apakah BI berani menaikkan suku bunga sebesar itu dan tidak khawatir dengan dunia usaha yang semakin sulit bergerak yang berakibat buruk bagi pertumbuhan ekonomi, ucapnya. Apalagi Indonesia saat ini sedang menghadapi pemilihan umum terpuruk rupiah dikhawatirkan kurang mendapat perhatian, karena tekanan global yang terus terjadi. Bahkan suntikan dana sejumlah bank sentral asing sampai saat ini masih belum memberikan tekanan positif terhadap pasar global, demikian Rully Nova. (*)

Copyright © ANTARA 2008