Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi, turun 150 poin menjadi Rp11.000/11.110 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp10.850/11.110, karena pelaku pasar kembali memburu dolar AS. "Pembelian dolar AS oleh pelaku pasar masih terjadi sehingga menekan rupiah kembali terpuruk, meski Bank Indonesia (BI) terus memantau kegiatan pasar uang itu," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta. Menurut Rully, BI melakukan intervensi untuk menahan keterpurukan rupiah sehingga mata uang Indonesia itu tidak berada jauh di level Rp11.000 per dolar AS. Apabila BI tidak melakukan intervensi, kemungkinan besar rupiah sudah berada jauh di atas angka Rp11.000 per dolar AS, ujarnya. Rupiah, lanjut dia, sejak pekan lalu terus tertekan pasar, namun penurunan mata uang itu cenderung melambat karena BI terus menjaganya. Kondisi ini mengakibatkan cadangan devisa BI semakin tergerus, ucapnya. Ia mengatakan, krisis keuangan global yang terjadi memang sulit diatasi, meski sejumlah bank sentral dari AS, Eropa, dan Jepang telah menyuntikkan dananya ke pasar namun tekanan pasar itu masih cukup besar. Karena itu, rupiah masih sulit untuk bisa bergerak naik, karena sejumlah mata uang utama Asia juga terpuruk terhadap dolar AS, katanya. Melihat level rupiah saat ini, dinilai cukup stabil, karena pada kondisi seperti ini untuk rupiah kembali dibawah angka Rp10.000 per dolar AS sudah tidak mungkin lagi. "Kami memperkirakan rupiah masih berada dalam kisaran antara Rp10.750 sampai Rp11.000 per dolar AS dalam pekan ini," ucapnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008