Berdasarkan hasil pemetaan sejak November 2019, ada lima desa di perbukitan Prambanan yang paling rawan longsor,

Sleman (ANTARA) - Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) "Bandung Bondowoso" Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mendata ada lima desa di kawasan perbukitan wilayah setempat yang rawan longsor saat hujan deras.

"Berdasarkan hasil pemetaan sejak November 2019, ada lima desa di perbukitan Prambanan yang paling rawan longsor," kata Ketua FPRB "Bandung Bondowoso" Prawoto di Sleman, Jumat.

Menurut dia, lima wilayah yang paling rawan longsor tersebut meliputi wilayah Desa Sumberharjo, Gayamharjo, Wukirharjo, Sambirejo, dan Bokoharjo.

"Namun hasil pantauan kami hampir di seluruh desa di Prambanan berpotensi longsor," katanya.

Ia mengatakan, dari hasil pemetaan tersebut, sedikitnya terdapat 50 titik yang rawan longsor. Jumlah tersebut mengalami peningkatan.

"Lokasi rawan longsor sudah dari dulu dipetakan, mungkin hanya perkembangan beberapa titik karena setiap saat itu ada pergeseran tanah," katanya.

Prawoto mengatakan, untuk memantau pergerakan tanah, saat ini ada tiga alat sistem peringatan dini (EWS) longsor dengan sistem digital yang terdapat di Prambanan.

"Hanya saja, ada beberapa alat yang rusak. Bulan ini BPBD Sleman akan segera memperbaiki," katanya.

Baca juga: Waspadai bencana hidrometeorologi di Sleman, imbau BPBD
Baca juga: BPBD Sleman aktifkan posko tanggap darurat di Desa Sendangrejo

Ia mengatakan, selain tiga EWS digital itu, masih terdapat EWS manual yang terpasang di daerah rawan. Menurut dia, BPBD Sleman juga telah melakukan langkah pengurangan risiko bencana berupa pembuatan dinding penahan tanah (talud) dan penahan longsor di beberapa lokasi.

"Kami juga terus melakukan pemantauan terhadap tebing yang rawan longsor. Apalagi saat ini curah hujan sedang tinggi. Pemantauan dilakukan jika hujan mengguyur selama dua hingga tiga jam tanpa berhenti," katanya.

Masyarakat, kata dia, juga telah dibekali dengan pengetahuan mitigasi agar siap saat menghadapi bencana. Terlebih lagi, ada sekitar 48 titik longsor akibat terjangan siklon tropis cempaka di Prambanan pada 2017.

"Masyarakat sudah siap siaga karena berkaca dari pengalaman yang dulu," katanya.

Baca juga: BPBD Sleman : seluruh wilayah Sleman miliki potensi bencana
Baca juga: BPBD Sleman imbau masyarakat waspada bencana hidrometeorologi

Ia tetap mengimbau masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi tebing ketika hujan turun,

"Jika hujan turun dengan durasi hingga satu hari atau lebih disarankan agar masyarakat segera mengungsi," katanya.

Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman Joko Lelono mengatakan BPBD telah melakukan berbagai langkah untuk mengurangi risiko bencana dengan memberikan sosialisasi di daerah rawan bencana.

"Agar masyarakat sadar potensi bencana, ini merupakan upaya mengurangi risiko bencana," katanya.

Menurut dia, selain longsor, masyarakat juga diminta agar mewaspadai potensi banjir lahar di aliran sungai berhulu Gunung Merapi.

"Saat hujan agar tidak ada aktivitas penambangan di aliran Sungai Gendol. Penambang atau perusahaan tambang kami imbau untuk waspada," katanya.

Baca juga: BPBD Sleman dirikan dapur umum untuk relawan bencana angin kencang

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2020