Jakarta (ANTARA) - Indonesia pada 2020 akan terus mengupayakan peningkatan hubungan ekonomi dengan Afrika Selatan, kata Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Salman Al Farisi dalam keterangan tertulis KBRI Pretoria yang diterima di Jakarta, Jumat.
"Situasi di Afrika Selatan masih sangat menantang bagi kita untuk dapat penetrasi pasar lebih dalam dan membawa beragam produksi tanah air ke sini. Pada 2019, beberapa indikasi positif sudah kita dapatkan, mulai dari komitmen beberapa perusahaan tanah air mengirimkan perwakilan di Afrika Selatan, hingga rencana investasi baru perusahaan Afrika Selatan ke Indonesia," ujar Dubes Salman Al Farisi.
Salman menyebutkan bahwa beberapa perjanjian antara Indonesia dan Afrika Selatan, seperti Perjanjian Kerja Sama Pertahanan dan Nota Kesepahaman Bidang Perikanan, sudah sampai proses akhir.
Baca juga: Afrika Selatan dukung pembentukan perjanjian dagang Indonesia-SACU
"Kita harapkan tahun 2020 membawa perkembangan yang menggembirakan," ucapnya.
Sejak 2015, tren perdagangan RI-Afrika Selatan menunjukkan grafik yang fluktuatif.
Ia mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan neraca perdagangan RI-Afrika Selatan pada 2018, yang menunjukkan surplus bagi pihak Afrika Selatan.
Pembelian barang modal yang meningkat dari Afrika Selatan menunjukkan kegiatan produktif di Indonesia, terutama terkait kebutuhan pembangunan infrastruktur yang intensif beberapa tahun terakhir.
Selain itu, Indonesia masih memiliki potensi besar untuk menambah ekspor nonmigas seperti produk otomotif, kelapa sawit serta produk makanan dan minuman ke negara-negara Afrika Sub-Sahara.
Namun, kendala hambatan tarif hingga saat ini masih dirasakan mengganjal hubungan dagang Indonesia dan Afrika Selatan.
Baca juga: Afrika Selatan sambut peluang kerja sama hukum dengan Indonesia
Dalam kunjungan kerjanya ke Cape Town pada 18-19 Desember 2019, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan dan Industri Afrika Selatan Ebrahim Patel. Mereka membicarakan rencana pembahasan perjanjian dagang istimewa (Preferential Trade Agreement/PTA) antara RI dengan Afrika Selatan.
Menteri Patel menyampaikan keinginan pemerintah Afrika Selatan agar langkah konkret dari pembahasan PTA tersebut dijalankan dengan memulai studi oleh tim teknis, yang diharapkan dapat bertemu pada awal 2020 di Indonesia. Dia juga mengindikasikan beberapa potensi investasi yang dapat digarap oleh pebisnis Indonesia, terutama relokasi industri tekstil dan alas kaki.
Situasi dan kondisi ekonomi Afrika Selatan dan negara sekitarnya dalam akreditasi KBRI Pretoria memengaruhi strategi Pemerintah Indonesia dalam upayanya memperluas pasar potensial bagi produk Indonesia.
Pengeluaran sektor rumah tangga yang rendah pada 2019 menunjukkan bahwa konsumen Afrika Selatan masih rentan secara finansial.
Selain tingkat pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi sekitar 0,7 persen pada tahun lalu, Afrika Selatan menghadapi permasalahan tingkat pengangguran sebesar 29,1 persen, yang menempatkannya sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Sementara itu, Dubes Salman meyakini bahwa model yang dipimpin investasi (investment-led model) sebagai salah satu mekanisme kerja sama antara kedua negara. Para pebisnis Indonesia, katanya, sudah harus mempertimbangkan melakukan investasi di negara-negara Afrika sehingga nantinya akan meningkatkan ekspor.
"Dengan membantu perekonomian negara setempat melalui pembukaan lapangan kerja baru, pada akhirnya akan meningkatkan awareness, demand dan daya beli atas produk-produk tanah air," ujar dia.
Baca juga: Indonesia raih penghargaan tujuan wisata terbaik di Afrika Selatan
Baca juga: Zozibini Tunzi dari Afrika Selatan jadi Miss Universe 2019
Baca juga: Mantan presiden Afsel hadapi penyelidikan korupsi
Pesawat Indonesia dipesan dua negara Afrika
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020