Medan (ANTARA News) - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Perusahaan Biro Perjalanan dan Wisata Indonesia (ASITA) meminta agar pemberitaan eksekusi mati pelaku bom Bali Amrozi Cs tidak terlalu dibesarkan."Sebaiknya pemberitaan pasca eksekusi mati terhadap tiga pelaku bom Bali yakni Amrozi, Mukhlas dan Imam Samudera tidak perlu dibesar-besarkan oleh oleh media di tanah air," ujar Ketua Umum DPP ASITA, Ben Sukma di Medan, Minggu.Dia menilai, dalam sepekan terakhir media telah berlebihan dalam melakukan pemberitaan mulai dari ketiga terpidana mati berada di ruang isolasi Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan hingga setelah eksekusi dilaksanakan.Terutama media elektronik yang dinilai terlaku teknis menyiarkan secara langsung suasana dan kondisi terkini dari proses eksekusi mati hingga kediaman keluarga ketiga pelaku bom Bali tahun 2002 itu.Padahal eksekusi terhadap terpidana mati yang dialami oleh Amrozi Cs bukanlah pertama kali dilakukan, karena sebelumnya terdapat sejumlah nama seperti di Sumatera Utara terakhir kali dialami oleh Ahmad Suraji alias Dukun AS yang terbukti membunuh 42 orang. Jika pemberitaan itu tetap dilakukan oleh media massa maka dikhawatirkan dapat menjadi bomerang bagi pelancong dan otomatis menimbulkan dampak negatif bagi dunia pariwisata di tanah air. "Kalau terus dibesar-besarkan akan jadi bomerang sama kita dan yang rugi kita sendiri. Sebab wisatawan asing akan takut datang ke Indonesia dan sudah pasti dunia pariwisata kita yang mulai bangkit kembali jatuh," jelas dia. ASITA juga meminta aparat keamanan melalui intelejen benar-benar bekerja dilapangan dan melakukan pendeteksian terkini terhadap kemungkinan aksi teror agar peristiwa bom yang terjadi di Indonesia tidak terulang kembali. Selain itu pemerintah diharapkan bisa memacu sektor riil agar pertumbuhan ekonomi benar-benar dirasakan oleh masyarakat dikalangan bawah yang dinilai mampu menumbuhkan minat untuk berwisata, katanya lagi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008
Sebagai kantor berita formal dari Indonesia, saya harapkan agar Antara bisa menayangkan berita yg proporsional & profesional, serta TERPERCAYA.
Juga perlu dilengkapi dengan dokumentasi audio/video/foto yg otentik, sehingga hasilnya dapat juga dimanfaatkan oleh aparat Keamanan POLISI ataupun BIN dalam melaksanakan tugasnya.
Sekali lagi Bravo.. Antara.