Tokyo (ANTARA News) - Sekolah-sekolah di Jepang, khususnya di Tokyo, ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masa perkembangan murid-murid, salah satunya dengan menggelar "Seijin Shiki" atau hari menjadi dewasa, yang juga diikuti sejumlah murid asal Indonesia.Sekolah dasar Aburamen yang berlokasi di kawasan Meguro, Tokyo, Sabtu, menggelar acara bagi murid-murid kelas 4 yang umumnya berusia antara sembilan hingga 10 tahun di aula sekolah tersebut.Berbeda dengan Seijin Shiki yang diperuntukkan bagi remaja yang sudah menginjak usIa 20 tahun. Upacara bagi murid-murid sekolah dasar ini adalah, upacara untuk meninggalkan masa kanak-kanak dan memasuki dunia remaja belasan tahun (teenager), yang kerap disebut dengan "1/2 Seijin Shiki".Kalau upacara Seijin Shiki bagi remaja yang beranjak dewasa biasa dimeriahkan dengan mengenakan pakaian tradisional Jepang seperti kimono (bagi kaum putri) dan hakama (kaum prianya),maka murid-murid SD itu cukup mengenakan pakaian biasa. Menurut Miyuki Nakamura, salah seorang anggota panitia, upacara "1/2 Seijin Shiki" melibatkan para orangtua murid dan guru sekolah. Tujuannya selain mengantarkan para murid memasuki masa remaja juga memnbangun rahsa persahabatan. "Orangtua juga diwajibkan mengisi pesan-pesan khusus bagi anak-anaknya yang akan memasuki masa remaja. Sedangkan para murid menyampaikan cita-citanya saat dewasa kelak," kata Nakamura lagi. Ia juga menernagkan bahwa kegiatan yang digagas bersama antara persatuan ornagtua murid dan guru itu untuk membangun rasa persahabatan di antara para murid dan juga orangtua murid beserta sekolah. Ada sejumlah siswa asal Indonesia yang bersekolah di SD Aburamen yang mengkuti kegiatan tersebut. Mereka terlihat antusias mengikuti upacara yang pertama kali dialaminya itu. Para orangtua Indonesia itu juga tidak segan-segan berbaur dengan warga Jepang lainnya. Acara diawali dengan mempersilahkan para orangtua murid memasuki aula yang diikuti oleh para murid kelas empat. Para siswa kemudian duduk di depan menghadap para guru dan orangtuanya. Sambutan diberikan oleh ketua persatuan orangtua murid dan guru, lalu diikuti pemberian buku berisi cita-cita dari sang murid dan pesan-pesan dari para orangtua oleh wali kelasnya. Para murid kemudian bergiliran menyampaikan impiannya kelak di hadapan semua yang hadir. Setelah itu dilanjutkan dengan permainan yang melibatkan orangtua, guru dan murid, mulai dari perkenalan diri para orangtua masing-masing murid hingga permainan kecepatan menebak suara yang diucapkan sejumlah orangtua. Acara kemudian ditutup dengan pemberian sekuntum bunga mawar kepada masing-masing murid yang dilanjutkan dengan berkeliling menyalami para orangtua murid lainnya yang duduk membentuk formasi huruf "U".(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008