Jakarta (ANTARA) - Sebagian besar warga korban banjir di Kelurahan Cipinang Melayu tetap memilih bertahan di lokasi pengungsian tepatnya Universitas Borobudur meski banjir yang melanda kawasan itu pada Rabu (1/1) hingga Kamis (2/1) sudah surut.
"Pilih di sini saja dulu, mas. Takut hujan gede lagi," ujar Selasih (30) warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu, Jumat.
Hingga Jumat siang, tercatat total pengungsi akibat luapan Sungai Sunter yang mengungsi di Universitas Borobudur mencapai 926 jiwa dengan rincian 467 laki-laki dan 259 perempuan. Di antara ratusan itu, 51 orang merupakan lansia, 114 balita, dan delapan ibu hamil.
Namun dari mereka, sebagian ada yang pulang terlebih dahulu untuk mencari sisa-sisa barang berharga. Sementara untuk keperluan logistik di pengungsian, bantuan-bantuan dari instansi pemerintah maupun swasta terus berdatangan.
"Alhamdulillah kalau makanan sama pakaian ada, banyak bantuan juga, saya bersyukur sekali," ujar salah satu warga lain, Heni Sopiah (46).
Baca juga: Kampung Dongeng Indonesia hibur anak korban banjir Cipinang Melayu
Baca juga: Banjir surut, warga Cipinang Melayu diimbau tidak tinggal di rumah
Baca juga: Membangun asa usai bencana
Heni berserta empat anggota keluarganya memilih tetap bertahan dan belum memutuskan untuk pulang membersihkan rumah. Dia khawatir apabila telah dibersihkan dan hujan deras kembali mengguyur, rumahnya akan kembali dipenuhi lumpur.
Ia bercerita saat aliran sungai Sunter meluap, hanya butuh beberapa jam saja hingga air menggenangi setengah badan rumahnya. Kata dia, banjir ini termasuk yang paling besar yang terjadi di kawasan itu.
"Terakhir banjir 2017 tapi itu lama, berhari-hari hujannya. Sekarang sehari saja udah luput rumah saya," kata dia.
Sementara itu, berdasarkan data dari BMKG memprediksi hujan lebat masih akan terjadi hingga Februari 2020. Bahkan, BMKG memperkirakan, beberapa hari ke depan Jakarta akan diguyur hujan ekstrem.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020