Makassar (ANTARA NEWS) - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto menyatakan, Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak konsisten dengan pernyataan politiknya di media.

Ketidakkonsistenan JK (Jusuf Kalla), terlihat pada pernyataannya yang berubah-ubah mengenai penilaiannya pada saya, demikian Wiranto sebelum membuka pembekalan untuk caleg Partai Hanura Sulsel, di Makassar, Minggu.

"Pada waktu saya mundur dari Golkar, dia mengaku menerima surat pengunduran diri saya dan sudah menyetujui hal tersebut. Kenapa pada HUT Partai Golkar ke-44 ia menyebut saya sebagai penumpang gelap di konvensi Capres Golkar 2004. Itu kan, tidak konsisten," serangnya.

Wiranto menunjukkan salinan berita Harian Kompas edisi 26 Desember 2006 yang menyebutkan pernyataan Jusuf Kalla itu.

Pada 2006, surat pengunduran diri Wirnato telah dibalas Jusuf Kalla dengan satu surat resmi pula sehingga saat itu Jusuf telah mempersilakan Wiranto keluar dari Golkar dan membentuk Hanura.

Wiranto sendiri menganggap tidak peduli dengan ucapan Jusuf bahwa ia penumpang gelap, kendati baru-baru ini pihaknya melayangkan somasi ke Ketua Umum Golkar itu.

"Selain menyebut penumpang gelap, Pak JK juga menyatakan harusnya mencontoh Prabowo yang mundur baik-baik dengan mengajukan surat. Tapi saya tidak peduli dan kalian harus ingat yang saya somasi bukan Wapres tapi sesama pemimpin partai politik," jelas Wiranto.

Di depan kader Hanura Sulsel, Wiranto bahkan menutut Jusuf Kalla harus membuat pernyataan resmi untuk mengklarifikasi tudingan penumpang gelap itu.

Sementara itu, pakar komunikasi politik Universitas Hasanuddin Makassar, Abdul Gaffar mengatakan, pernyataan politik Jusuf Kalla terkesan hendak membenturkan Wiranto dengan Prabowo.

Sebagai negarawan, Jusuf seharusnya tidak menempuh manuver seperti itu, sebaliknya lebih elegan dan bijak dengan tidak memojokkan pihak lain.

"Ini seperti politik bambu di air, injak sisi sini, kenanya sebelah sana," kata Abdul Gaffar.

Jusuf Kalla juga harus mengendalikan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan multi interpretasi yang menimbulkan kontroversi, terlebih pelaksanaan Pilpres 2009 semakin dekat, imbuhnya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008