Bogor (ANTARA News) - Sebagian preman Jakarta diduga bersembunyi di Bogor, menyusul meningkatnya frekuesnsi razia premanisme yang dilakukan jajaran Polda Metro Jaya.
Wakapolresta Bogor, Kompol Arief Rachman, mengatakan razia premanisme yang dilakukan jajaran Polresta Bogor di sejumlah lokasi di Bogor pada pekan lalu berhasil menjaring sekitar 70 preman.
"Para preman yang terjaring, telah didata identitasnya, sehingga jika sewaktu-waktu melakukan tindakan kriminal, sudah ada datanya di Polrestam," kata Arief Rachman, di Bogor, Minggu.
Dijelaskannya, sebagian besar dari sekitar 70 preman, terjaring di lokasi pusat keramaian, seperti pasar, terminal, dan tempat hiburan.
Para preman tersebut, kata dia, tidak semuanya memiliki kartu tanda penduduk (KTP) atau bukti identitas lainnya, sehingga pendataan identitas dilakukan secara lisan.
"Dari pendataan, diketahui sebagian besar preman yang terjaring di Bogor berasal dari luar Bogor. Dari logat bicaranya saja sudah ketahuan berasal dari luar Bogor," katanya.
Dikatakannya, jajaran Polresta Bogor akan terus melakukan razia preman sesuai arahan Mabes Polri dan Polda Jabar.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri mengatakan, operasi pemberantasan preman yang semula hanya difokuskan di lima Polda, kini diperluas ke seluruh Polda, yakni di seluruh wilayah Republik Indonesia.
"Operasi pemberantasan preman tidak hanya di lima Polda, tapi di semua Polda. Telegram untuk para Kapolda sudah dikeluarkan hari ini," kata Kapolri, di Jakarta, Jumat (7/11).
Telegram Kapolri tersebut, berisi perintah kepada para Kapolda untuk menggelar operasi pemberantasan preman selama satu bulan yang dipimpin langsung oleh Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Pol Susno Duaji.
Menurut Kapolri, pemberantasan premanisme kini menjadi perhatian pimpinan Polri, karena banyak keluhan dan laporan dari masyarakat yang tertanggu saat beraktivitas baik di jalan, tempat keramaian, pasar, atau di perumahan.
Ia mengatakan, para preman yang biasa beroperasi di jalanan sudah sangat meresahkan karena melakukan banyak tindakan kriminal seperti mencuri, memeras, mencopet dan merampok.
Sejak operasi digelar mulai 2 November 2008, Polri telah menjaring 1.024 preman, namun hanya 172 orang ditahan, yang lainnya dilepaskan karena tidak cukup bukti terlibat kriminal.
Dalam operasi itu, Polri juga menyita dua senjata api rakitan yang diduga dipakai untuk kejahatan.
Bareskrim Polri akan memantau langsung operasi ini dengan mengirimkan dua penyidik utama berpangkat Kombes Polisi ke setiap Polda.
Pada masing-masing Polda akan dibentuk empat tim penindakan di lapangan, dua tim investigasi dan satu tim pembantu umum.
Setiap tim terdiri atas personil 10 polisi, baik perwira maupun bintara.
Tidak hanya di Polda, di setiap Polwil, Polwiltabes, Poltabes, Polres Metro, Polres dan Polresta, juga akan dibentuk empat tim penindakan lapangan, dua tim investigasi dan satu tim pembantu umum. (*)
Copyright © ANTARA 2008