Lebak (ANTARA) - Gubernur Banten Wahidin Halim bersama tim tanggap darurat bencana memimpin langsung penanganan bencana banjir dan longsor di Kabupaten Lebak, Kamis.
Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, Pemprov Banten harus segera turun guna membantu kota dan kabupaten di wilayahnya yang terkena bencana banjir yang melanda beberapa kecamatan yang tersebar di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Lebak.
Seluruh OPD di Pemprov Banten yang terkait dengan penanganan banjir dan longsor langsung diarahkan agar cepat tanggap menghadapi bencana tersebut, dari menurunkan berbagai alat berat, membuka akses jalan, memperbaiki infrastruktur, penyediaan obat-obatan hingga kebutuhan bagi para pengungsi, sehingga bisa membantu kabupaten/kota yang wilayahnya tergenang banjir.
Posko utama Pemprov Banten di Sajira, Kabupaten Lebak, pertama dikunjungi Gubernur Banten dengan tim. Pada kesempatan tersebut Gubernur Banten berdialog dengan para pengungsi dan turut bersama-sama tim pemulihan trauma melakukan kegiatan dengan anak-anak pengungsi.
Setelah itu Gubernur meninjau lokasi yang berada di Kecamatan Cipanas, Lebak, Pesantren La Tansa dan berbagai infrastruktur yang terputus dikarenakan gerusan sungai dan longsor. Dalam data yang diberikan PUPR Provinsi Banten, terdapat dua jembatan yang harus segera diperbaiki.
Bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Lebak menyebabkan kerusakan sejumlah infrastruktur yang menjadi aset daerah, seperti jalan dan jembatan. Terdapat satu ruas jalan sepanjang 6.000 meter dan 2 jembatan yang terdampak cukup parah akibat terjangan dan genangan air sungai yang meluap.
Atas kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten langsung melakukan penanganan dengan perbaikan sementara agar tetap dapat diakses untuk distribusi bantuan.
Kepala Dinas PUPR Provinsi Banten Mochamad Tranggono mengatakan, berdasarkan pendataan yang telah dilakukan, ruas jalan Cipanas-Warung, Banten, dengan kondisi jalan rusak berat STA 0+700 sampai dengan 6+000 dan jenis kerusakan berupa ambles, patah dan longsor.
Sementara dua jembatan yang terdampak banjir dan longsor, yakni Jembatan Cinyiru dan Jembatan Ciberang. Untuk Jembatan Cinyiru yang konstruksinya dibangun oleh Pemprov Jawa Barat pada 1990 berupa konstruksi beton dengan bentang 25 meter dan lebar lajur lalu lintas 4,5 meter serta berstatus kelas B, berlokasi STA 6+860 dengan nilai aset 0 karena hanya ditangani pemeliharaan.
“Sementara untuk Jembatan Ciberang, konstruksi rangka baja kelas A bentang 60 meter dan lebar lajur lalu lintas 7 meter yang dibangun tahun 2010 ini, berlokasi STA 9+250 dengan nilai aset sebesar Rp8,2 miliar," kata Tranggono.
Untuk penanganan sementara, kata Tranggono, telah dilakukan sejak Rabu (1/1/) malam dan Kamis pagi jalan yang terputus di STA 0+900 dekat Pesantren Latansa sudah bisa dilewati.
“Sementara untuk akses sampai dengan jembatan Cinyiru hari ini masih dibuka karena ada longsor-longsor spot sepanjang jalan. PUPR menurunkan 3 alat berat sementara yaitu excavator dan loader untuk membuka akses jalur itu,” katanya.
Tranggono menjelaskan, sementara untuk pembangunan jalan dan jembatan baru, dibutuhkan anggaran dengan estimasi sebesar Rp36,75 miliar. Dengan rincian, pembangunan ruas Cipanas-Warung Banten dengan estimasi biaya sebesar Rp18 miliar, Jembatan Cinyiru sebesar Rp6,25 milyar dan Jembatan Ciberang sebesar Rp12,5 miliar.
Pewarta: Mulyana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020