masih terjadinya kontraksi pada sektor manufaktur di Tanah Air, menyebabkan terjadinya pelemahan IHSG

Jakarta (ANTARA) - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis sore, ditutup menguat pasca rilis data inflasi Desember dan inflasi sepanjang 2019 lalu.

IHSG ditutup melemah 15,96 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.283,58. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 2,86 poin atau 0,28 persen menjadi 1.011,62.

"Data-data inflasi maupun inflasi inti yang menunjukkan hasil di bawah proyeksi oleh para analis serta data PMI Manufacturing Indonesia yang masih di bawah angka 50 yang menandakan bahwa masih terjadinya kontraksi pada sektor manufaktur di Tanah Air, menyebabkan terjadinya pelemahan IHSG," kata analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Utama di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Perdagangan awal 2020 dibuka Presiden Jokowi, IHSG menguat

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sepanjang 2019 sebesar 2,72 persen, terendah dalam 20 tahun terakhir atau sejak 1999.

Dibuka menguat, IHSG hanya menguat sejam kemudian masuk ke zona merah dan terus berada di teritori negatif hingga penutupan bursa saham.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau "net foreign buy" sebesar Rp170,26 miliar.

Baca juga: BEI diapresiasi, Sri Mulyani sebut IHSG ditutup cukup baik tahun ini

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 371.868 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 5,3 miliar lembar saham senilai Rp4,17 triliun. Sebanyak 164 saham naik, 246 saham menurun, dan 157 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu, bursa saham regional Asia antara lain indeks Hang Seng menguat 353,77 poin atau 1,25 persen ke 28.543,52, dan indeks Straits Times menguat 29,17 poin atau 0,91 persen ke posisi 3.252.

Baca juga: IHSG tutup tahun di zona merah, imbas "January Effect"

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020