Serang (ANTARA News) - Abdul Azis alias Imam Samudra terpidana mati Bom Bali I tahun 2002 lalu pernah berjualan koran demi membiaya pendidikan sekolahnya. "Sejak duduk dibangku SMP sampai Madrasah Aliyah (MA) setiap hari, dia berjualan koran," kata Khoidir (45) kakak kandung Imam Samudra di Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Kota Serang, Provinsi Banten, Jumat. Dia mengatakan, setelah pulang sekolah Imam Samudra terpaksa berjualan koran dengan berkeliling masuk kampung keluar kampung, terkadang mangkal di perempatan jalan pasar Royal, Serang. "Saya merasa bangga punya adik Imam Samudra biaya sekolah tidak membebani orangtua," ujar Khoidir. Menurut dia, keseharian Imam Samudra selain taat beribadah juga rajin usaha untuk biaya hidup dan pendidikan. Apalagi, kondisi ekonomi orangtua tak mampu untuk menyekolahkan anaknya itu. Ia menyebutkan, sejak kecil Imam Samudra sudah berjualan es mambo dan bisa membantu ekonomi keluarga sehari-hari. Oleh karena itu, dirinya hingga sekarang tetap sebagai pekerja keras, meskipun terpidana mati di LP Batu Nusakambangan dia masih tetap tegar. "Saya sebagai meminta pemerintah membatalkan eksekusi kepada adiknya itu," katanya. Sementara itu, Habibi (40) teman sekolah Imam Samudra warga Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Serang, mengaku, sejak kecil Kang Azis sudah mandiri dan rajin mencari uang untuk sekedar jajan. Bahkan, setiap hari setelah pulang Sekolah Dasar (SD) dirinya berjualan es mambo. "Saya sebagai teman kecil tidak tega jika Imam Samudra dieksekusi," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008