Dan yang perlu kita cermati saat ini adalah bahwa ini Jabodetabek belum memasuki puncak musim hujan. Jadi kita masih awal

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan curah hujan tinggi menjadi penyebab utama banjir terjadi di Jakarta dan sekitarnya.

"Ini merupakan suatu rekor curah hujan tinggi dalam beberapa jam terakhir," kata dia saat konferensi pers di Monas, Jakarta, Rabu.

BNPB meningkatkan koordinasi dengan sejumlah pihak sekaligus bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI dalam menyiapkan langkah-langkah kesiapsiagaan dan penanganan setelah sejumlah daerah mengalami banjir.

Pada Jumat (27/12), BNPB sudah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta dan sudah ada langkah-angkah kesiapsiagaan.

"Tetapi karena mulai tadi malam sampai dengan dini hari, curah hujan yang sangat lebat, mencapai lebih dari 300 mm, di daerah Halim curah hujan mencapai rekor tertinggi, yaitu mencapai 377 mm, kemudian di daerah sekitar TMII sekitar 350 dan di sekitar Jati Asih 270 mm," kata dia.

Baca juga: PUPR: Pesisir Sungai Ciliwung belum dinormalisasi antisipasi banjir

Berdasarkan data BMKG, permukaan air laut berada di ketinggian 184 cm, padahal normalnya di bawah 160 cm, sehingga sebagian air yang ada di darat tidak bisa mengalir dengan lancar ke laut.

Untuk penanganan bencana tersebut, Doni menuturkan BNPB sudah berkoordinasi dengan Mabes TNI dan Mabes Polri, dibantu Badan SAR Nasional, serta sejumlah relawan, termasuk Palang Merah Indonesia (PMI).

Banjir pada 1 Januari 2020 di wilayah Jakarta dan sekitarnya menyebabkan korban, kerusakan, dan kerugian harta benda. Data yang berhasil dihimpun BNPB dari berbagai sumber menemukan sembilan korban meninggal dunia karena banjir dan tanah longsor.

BNPB mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah yang potensi banjir akan meningkat, agar evakuasi ke tempat aman terlebih dahulu.

Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengatakan potensi hujan rendah dan lebat masih ada sampai sepekan ke depan.

"Dan yang perlu kita cermati saat ini adalah bahwa ini Jabodetabek belum memasuki puncak musim hujan. Jadi kita masih awal. BMKG akan menginformasikan 'warning' (peringatan) itu tiga jam sebelum kejadian, seperti halnya kami infokan ke masyarakat," tuturnya.

Dia mengimbau masyarakat untuk tetap berjaga-jaga karena intensitas hujan sedang dan lebat di Jabodetabek masih ada sampai dengan tujuh hari ke depan. Apalagi, pada 5-6 Januari 2019, diperkirakan ada air pasang.

Baca juga: Tujuh orang dipastikan tewas akibat bencana di Kabupaten Bogor
Baca juga: Bandara Soekarno-Hatta siap layani 21 rute pengalihan Bandara Halim
Baca juga: BMKG: Hujan sedang hingga lebat di Jabodetabek hingga minggu depan

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020