Jakarta (ANTARA News) - Indonesia, bersama Turki dan Pakistan, kemungkinan besar akan menjadi sekutu paling diandakan oleh Presiden AS ke-44 yang akan dilantik pada 20 Januari 2009, Barack Hussein Obama Jr.Perhatian khusus harus diberikan kepada tiga negara Muslim besar non Arab, yaitu Turki, Pakistan dan Indonesia, demikian John Hughes, mantan asisten Menteri Luar Negeri AS semasa pemerintahan Ronald Reagan seperti dikutip The Christian Science Monitor, Jumat."Jika demokrasi bisa bertahan dan berkembang biak di tiga negara itu, maka akan sangat berarti bagi (terwujudnya) impian demokratisasi di dunia Arab," kata mantan editor the Monitor dan profesor komunikasi internasional pada Universitas Brigham Young itu.Pakistan menempati posisi istimewa karena negara ini akan menjadi front terdepan dalam kampanye menghancurkan terorisme Alqaeda dan perburuan Osama bin Laden, selain sebagai salah satu kunci penyelesaian politik di Afghanistan.Di samping tiga negara itu, Presiden Barack Obama, demikian the Monitor, akan memprioritaskan hubungan dengan negara-negara kunci seperti China, India, Brazil, Rusia, dan tentunya Eropa Barat dan Uni Eropa."Dunia sudah tidak sabar melihat bagaimana Barack Obama menempatkan Amerika Serikat pasca pemerintahan Bush," kata John Hughes.Di dalam negeri sendiri, Obama dinantikan rakyat AS yang tak memilihnya namun dijanjikan didengar suaranya oleh Obama, mengenai apakah ia serius melibatkan tokoh-tokoh moderat di Partai Republik dalam pemerintahannya.Sementara sekutu-sekutu utamanya seperti Inggris, Jerman dan Prancis, akan sangat menunggu seperti apakah perubahan politik luar negeri AS yang dijanjikan Obama."Pada 15 November nanti Presiden Bush akan bertemu dengan 20 pemimpin dunia guna membicarakan krisis keuangan global. Banyak dari mereka yang berharap bertemu dengan presiden terpilih, jika pun tak bisa bersua dengannya paling tidak mereka bisa mengetahui pandangan-pandangannya," terang John.Tidak heran, selain dalam upaya memesankan kesungguhannya menjadi pemimpin kepada bangsa AS, Obama segera membentuk kabinet transisi yang menjadi sinyal pada dunia ia siap memikul tanggungjawab internasionalnya sebagai pemimpin dunia.Obama pun memprioritaskan menyegerakan pemilihan menteri keuangan, menteri luar negeri dan penasehat keamanan nasionalnya.Sementara itu, dalam memproyeksikan kebijakan luar negerinya, China sangat mungkin menduduki prioritas utama Obama."China telah menjadi raksasa ekonomi baru. Negara itu menjadi eksportir penting AS sekaligus menjadi 'bank' untuk AS," kata John merujuk "bailout" bank sentral China di pasar keuangan global dan pembelian sejumlah perusahaan nyaris bangkrut di AS.India juga akan menjadi mitra bisnis penting AS mengingat negeri ini telah menjadi sebuah pusat telemarketing dan rekrutmen tenaga ahli bagi banyak perusahaan besar AS. "Pada 2040, negeri ini akan menjadi perekonomian ketiga terbesar di dunia." Brazil juga akan menjadi mitra global terbesar ketiga bagi AS karena negeri ini telah menjadi pusat keuangan dan perbankan di Amerika Latin.Meskipun sudah tidak lagi menjadi negara adidaya, Rusia akan tetap menjadi mitra penting AS mengingat negeri ini memegang banyak kunci permasalan di dunia, terutama di kawasan-kawasan seperti Georgia, Asia Tengah dan Timur Tengah."Khusus soal China dan Rusia, Obama mesti mendorong demokratisasi di sana. Tapi dia mesti menjamin bahwa AS tidak berhasrat mengasingkan mereka, melainkan mengajak mereka masuk dalam komunitas antarbangsa," papar John.AS harus mengubah caranya berdiplomasi dan berhubungan dengan bangsa lain dari yang selama ini dilakukan oleh Presiden Bush dengan mengadopsi pendekatan multilateralisme atau kerjasama antarbangsa, bukan dengan cara mendikte."Multilateralisme akan bisa mengajak Korea Utara dan Iran (untuk mengurungan niat nuklirisasi mereka)," kata John Hughes. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008
ngakbecus sesuai dgn nama lu.
paling2 amerik yah tetap amerika, begitu2 aja dari dulu hingga sekarang. malah yang saya takutkan kalo Obamaakan bernasip sama sepertimantan president John F. kennedy