Magelang, (ANTARA News) - Hujan deras di kawasan puncak Gunung Merapi di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta perlu diwaspadai masyarakat yang beraktivitas di badan sungai yang aliran airnya berhulu di kaki gunung itu, karena bisa terjadi banjir lahar dingin. "Selama ini yang mampu membawa material turun dari puncak, jika intensitas hujan mencapai sekitar 100 milimeter per jam dengan hujan terus menerus selama sekitar tiga jam," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang berkantor di Yogyakarta, Sri Sumarti di Magelang, Kamis. Sumarti mengemukakan hal itu di sela geladi evakuasi penanganan bencana Merapi yang diikuti sekitar 600 orang antara lain warga Desa Tlogolele, Kabupaten Boyolali dan warga Desa Sengi Kabupaten Magelang, berbagai instansi pemerintahan kedua kabupaten, dan sejumlah organisasi kemasyarakatan terkait. Curah hujan tertinggi hingga awal November 2008 mencapai sekitar 51 milimeter per jam selama sekitar 95 menit. Hujan di puncak Merapi belum mengakibatkan terjadinya banjir lahar dingin. Para petugas di lima pos pengamatan Merapi, sejak seminggu lalu telah mencatat terjadinya hujan di sekitar pos masing-masing. Ia mengatakan, material vulkanik sisa masa erupsi 2006 yang kini berada di puncak Merapi dan berpotensi banjir lahar dingin mencapai sekitar 500 ribu meter kubik. Meskipun telah mengalami tiga kali musim hujan, katanya, sisa erupsi pada 2006 itu kondisinya belum stabil. Ia mengatakan, curah hujan relatif kecil di puncak Merapi pada 3 November 2008 sekitar pukul 15.20 WIB mengakibatkan aliran air di Kali Gendol hingga sepanjang 10 kilometer atau hingga kawasan Desa Jambu, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008