Surabaya (ANTARA News) - "E-learning" atau pembelajaran virtual masih sebatas kebutuhan sekunder semata. Tidak hanya di Indonesia, di negara maju seperti Jepang pun, "e-learning" tidak mampu menggantikan sistem kelas seutuhnya, kata staf pengajar dari Kumamoto University Jepang, Prof Toshihiro Kita.Menurut dia, "e-learning" di Jepang saat ini hanya berupa alat bantu bagi dosen dan mahasiswa sehingga belum dapat menggantikan sistem kelas biasa."Saya pikir ini bukan bertujuan untuk mengganti sistem kelas, hanya semacam alat tambahan untuk menyampaikan materi," katanya dihadapan para peserta Kumamoto Forum di Auditorium Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Rabu. Menurut dia, pihaknya telah melakukan riset mengenai "e-learning" di universitas, namun tren ini dianggap masih bertahan di era selanjutnya. Bahkan meskipun berbagai model "e-learning" telah banyak dikembangkan, namun pembelajaran melalui kelas masih dianggap yang terbaik. Di universitas Kumamoto sendiri, baru sekitar sepuluh persen dari jumlah pengajarnya yang sudah memanfaatkan konsep "e-learning" ini. Namun, dari kacamatanya, jumlah ini tidak menunjukkan rendahnya penggunaan kelas virtual di kampusnya. Pasalnya banyak "open source" yang menyediakan model "e-learning" yang mungkin tidak terpantau olehnya. Buktinya, jumlah mahasiswa yang menggunakan "e-learning" di universitasnya cukup banyak. "Hampir seluruh mahasiswa disana menggunakan `e-learning`," katanya. Memasyarakatkan penggunaan "e-learning" di tingkat mahasiswa ini menurut Toshihiro yang patut digaris bawahi. Sebab, membudayakan "e-learning" di tingkat mahasiswa inilah yang sangat krusial untuk dilakukan. "Nanti akan terjadi timbal balik. Jika mahasiswa banyak yang menggunakan 'e-learning`, maka dosennya juga akan terdorong untuk memakainya," katanya. Sementara itu, staf pengajar Teknik Elektro ITS, Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng berharap agar "e-learning" ini segera dapat diterapkan di ITS. Namun sebelum penerapan secara global, ITS harus menyiapkan satu badan khusus yang akan mengelola "e-learning" ini. Jazidie menegaskan, hal ini tidak sulit dilakukan mengingat ITS sudah mempunyai P3AI (Pusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional). "Sekarang kan P3AI ini yang bertanggung jawab untuk `learning process`, mungkin `e-learning` ini sekalian masuk dibawahnya," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008