Jakarta (ANTARA) - Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Toto Pranoto mengatakan keterlambatan laporan keuangan PT Jiwasraya (Persero) menunjukan terdapat permasalahan di dalam perusahaan.
Toto menambahkan keterlambatan laporan keuangan Jiwasraya ini menjadi faktor lain yang akan memperburuk reputasi perusahaan di tengah kasus gagal bayar.
"Artinya ini juga melanggar prinsip transparansi dalam tata kelola perusahaan yang baik (Good Coorporate Governanance/ GCG)," kata Toto di Jakarta, Senin.
Berdasarkan situs resmi perseroan https://www.jiwasraya.co.id/id/laporan-keuangan menunjukkan catatan terakhir laporan keuangan dilakukan untuk tahun buku 2017.
Baca juga: Kejagung pastikan tak ada yang melarikan diri terkait kasus Jiwasraya
Padahal, dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.05/2017 tentang Laporan Berkala Perusahaan Peransuransian di pasal 8 menyebutkan, perusahaan perasuransian wajib menyampaikan laporan berkala kepada OJK dalam bentuk laporan bulanan, triwulanan, semesteran, dan laporan lain.
Merujuk pasal 8 Peraturan OJK Nomor 55/POJK.05/2017 tentang Laporan Berkala Perusahaan Perasuransian, tertulis bahwa laporan tahunan perusahaan asuransi harus disampaikan paling lambat 30 April pada tahun berikutnya, dalam hal ini April 2019.
Kembali merujuk pada pasal 9 Peraturan OJK Nomor 55/POJK.05/2017 disebutkan pula sanksi bagi perusahaan yang akan diberikan bila tidak menjalankan aturan yang ada di pasal 8.
Baca juga: Wakil Ketua DPR: tiga fraksi usulkan pembentukan Pansus Jiwasraya
Sanksi yang dapat dikenakan berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha sebagian atau seluruh hingga pencabutan izin usaha. Untuk perusahaan asuransi, dalam aturan itu, dituliskan akan dikenai sanksi denda keterlambatan.
Sebelumnya, Juru Bicara OJK, Sekar Putih Djarot mengatakan pihaknya berwenang memberikan sanksi terkait keterlambatan penerbitan laporan keuangan.
"Terkait dengan keterlambatan, kami berikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku," ucapnya.
Merujuk situs resmi perusahaan, pada laporan keuangannya pada 2017, laba perusahaan turun drastis dari Rp ,70 triliun pada 2016 menjadi hanya Rp360,30 miliar.
Penurunan laba secara drastis karena lonjakan klaim dan manfaat yang dibayarkan perusahaan, termasuk kenaikan cadangan klaim. Tidak cuma itu, biaya akuisisi juga melompat dari Rp 702,65 miliar menjadi sebesar Rp 980,90 miliar.
Sebelumnya, Manajemen PT Asuransi Jiwasraya (Persero) melakukan penundaan pembayaran klaim kepada nasabah produk Saving Plan yang jatuh tempo pada Oktober 2018.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019