Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio menyatakan siap mendorong dan mewujudkan Kota Lama di Semarang, Jawa Tengah, sebagai “creative hub” sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo.

Dalam kunjungan kerja ke Semarang, Jawa Tengah pada Senin mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menparekraf Wishnutama menekankan pentingnya pengembangan industri ekonomi kreatif yang khas di masing-masing destinasi, termasuk destinasi Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah.

"Tiap destinasi memiliki industri kreatif yang berbeda untuk dikembangkan. Di Labuan Bajo, misalnya kita punya ‘creative hub’ yang bertugas mencari potensi industri kreatif. Masing-masing daerah berbeda, begitu pula Kota Lama. Di situlah fungsi ekonomi kreatif mencari potensi dan diferensiasi," ujar Menparekraf.

Baca juga: Penataan tahap kedua Kota Lama Semarang perlu Rp60 miliar

Wishnutama menjelaskan kembali kehadiran pariwisata dan industri kreatif di suatu daerah mampu memberi nyawa bagi infrastruktur yang ada.

"Potensi wisata bisa menjadi nilai ekonomi melalui upaya meningkatkan kualitas suvenir, musik, fotografi, kuliner, atau performing art sehingga bisa mendatangkan kesejahteraaan bagi pelaku-pelaku ekonomi kreatif," lanjutnya.

Presiden Joko Widodo menyarankan Kota Lama Semarang selain diisi dengan aktivitas seni dan budaya, juga diiisi dengan aktivitas yang dapat mengangkat perekonomian rakyat.

"Aktivitas harian harus diisi dengan kegiatan seni budaya dan restoran dihidupkan juga sehingga mengangkat pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah," ujarnya.

Baca juga: Menteri PUPR sebut Kota Lama Semarang akan diisi program Kemenparekraf

Penekanan pentingnya pengembangan industri kreatif di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, ini juga seiring sejalan dengan upaya pemerintah kota untuk menghidupkan dan mengajukan kawasan tersebut sebagai UNESCO World Heritage.

UNESCO World Heritage adalah sebuah program dari PBB yang berfungsi untuk melestarikan dan menjaga situs warisan budaya dan alam yang terdapat di berbagai negara di dunia.

Walikota Semarang Hendrar Prihadi berharap Kota Lama menjadi salah satu warisan budaya yang tercatat di data UNESCO pada 2021. “Saat ini masih dalam penyusunan dossier dan sidangnya berlangsung pada 2020. Jika lancar, maka penetapannya pada 2021," ujar Hendrar Prihadi.

Saat ini Kota Lama Semarang yang terbentang di lahan seluas 22 hektare ini sudah menggunakan paving blok serta dilengkapi pembatas. Kemudian dilengkapi pula dengan jaringan utilitas berupa kabel listrik, fiber optik, telepon, pipa PDAM di bawah tanah, jaringan drainase, dan pembangunan dua kolam retensi (Kolam Berok dan Bubakan) untuk mengurangi risiko genangan.

Kawasan Kota Lama Semarang pun direncanakan ke depannya akan bebas dari kendaraan bermotor. Saat ini sudah ada tiga unit golfcart yang dapat digunakan wisatawan untuk berkeliling kawasan.

Sebelumnya Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berharap Kawasan Kota Lama Semarang dapat menjadi creative hub bagi Jawa Tengah.

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya hari ini.

"Kota Lama Semarang sudah dikerjakan selama 2 tahun dan memakan anggaran Rp170 miliar, sekarang sudah jadi. Yang paling penting ada aktivitas dan isian yang baik terutama berkaitan dengan ekonomi kreatif dan industri kreatif yang ada di kota Semarang dan Jawa Tengah pada umumnya. Dan mungkin ke depan bisa menjadi sebuah ‘Creative Hub’ bagi Jawa Tengah," ujar Presiden.

"Kota Lama Semarang sudah direstorasi dengan baik, bisa menjadi ikon Semarang dan Jawa Tengah yang baru untuk menarik wisatawan," lanjutnya.

Didampingi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Presiden mengunjungi beberapa ikon di area wisata tersebut.

Adapun ikon yang dikunjungi diantaranya Semarang Creative Gallery, Rumah Akar, Gedung Oudetrap, dan Sentra UKM.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019