Ini capaian luar biasa yang memegang prinsip zero waste (tanpa limbah)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengapresiasi pembuatan pakan ikan berbahan baku black soldier fly (BSF) atau maggot yang dinilai merupakan salah satu sumber protein yang sangat baik bagi pertumbuhan berbagai jenis ikan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, menyatakan bahwa pihaknya telah menggelar dialog dengan pembudidaya ikan dan Kelompok Pakan Ikan Mandiri se-Garut Leles Lestari di Desa Leles, Kecamatan Leles, Garut.

Menteri Edhy sangat bangga dan mengapresiasi satu keberhasilan yang luar biasa yang dilakukan oleh kelompok Leles Lestari dalam memproduksi pakan mandiri berkualitas.

Baca juga: KKP-FAO kerja sama produksi formula pakan ikan patin

"Ini capaian luar biasa yang memegang prinsip zero waste (tanpa limbah) dan ini saya kira wajib menjadi rekomendasi bagi pembudidaya ikan lainnya. Bisa dibayangkan jika semua mampu menghasilkan inovasi serupa, maka bukan hanya nilai ekonomi yang didapatkan, tapi secara langsung kita berperan dalam penyelamatan bumi dari masalah sampah," katanya.

Sebagaimana diketahui, BSF merupakan jenis lalat dari sekian banyak jenis lalat yang ternyata memberikan banyak sekali manfaat bagi manusia. Selama hidupnya maggot ini memakan hal-hal yang bersifat organik, dan ini dapat dimanfaatkan untuk menekan limbah organik.

Selain itu, protein serangga itu juga memiliki kualitas yang tinggi dan menjadi sumber daya makanan ikan. Sedangkan sebagai salah satu upaya solusi terhadap pelestarian lingkungan dan sumber daya alam untuk menghadirkan manfaat bagi kemandirian dan pemberdayaan masyarakat sekitar

Edhy Prabowo juga menegaskan bahwa sebagai menteri, dirinya diperintahkan Presiden untuk terus membangun komunikasi kepada pembudidaya dan nelayan dengan baik serta membangun sentra produksi perikanan budidaya dengan optimal, karena di perikanan budidaya akan tercipta lapangan pekerjaan dan devisa untuk negara.

"Potensi perikanan budidaya kita sangat besar, ini dapat dilihat dari potensi perikanan yang ada. Namun demikian, potensi tersebut baru 10 persen dimanfaatkan belum optimal dan harus kita tingkatkan. Kelompok Leles Lestari menjadi contoh atau model untuk dikembangkan oleh pembudidaya ikan dan kelompok pakan ikan mandiri lainnya," ucap Edhy.

Edhy sangat bangga dan memberikan apresiasi kepada Kelompok Leles Lestari yang dapat mengolah sampah organik dari limbah kulit nangka, kulit pisang, dan lain-lain yang dikumpulkan oleh masyarakat sebanyak 7 ton dapat menghasilkan 3,5 ton maggot sebagai bahan baku pakan ikan yang proteinnya tinggi.

Menteri Edhy menyampaikan bahwa betapa pentingnya pembuatan pakan secara mandiri oleh para kelompok pembudidaya ikan. Artinya mengurangi ketergantungan dari pakan pabrikan yang harganya semakin hari semakin mahal.

Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyampaikan bahwa program kerja KKP untuk peningkatan budidaya ikan air tawar terus digenjot, tidak hanya melalui program pakan mandiri, namun juga program budidaya sistem bioflok, minapadi, bantuan bibit dan induk unggul, pembangunan Unit Pembenihan Rakyat, serta kegiatan pendampingan teknologi oleh para penyuluh.

"Dukungan yang diberikan saya harap dapat dimanfaatkan sebaik mungkin guna meningkatkan usaha kelompok hingga akhirnya kelompok dapat mencapai kemandirian usaha dan saya mengajak kepada seluruh stakeholders (pemangku kepentingan), mari bekerjasama memajukkan perikan budidaya nasional tentu untuk kemaslahatan bangsa ini," ujar Slamet.

Baca juga: FAO apresiasi program kemandirian pakan ikan Indonesia
Baca juga: KKP gandeng FAO kerja sama pengembangan pakan ikan

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019