Jakarta (ANTARA News) — Kepala Koresponden Internasional jaringan televisi kabel terkemuka AS, CNN, Christiane Amanpour, menyebut Pemilu AS 2008 akan mengubah lanskap politik dunia. Christian menganalogikan pemilu kali ini dengan beberapa pengalaman fenomenalnya ketika meliput beberapa kejadian politik paling menggetarkannya, termasuk pemilu bebas pertama di Irak pada 2005 dan pemilu Afghanistan pada 2004. "Pemilu ini mengingatkanku pada pemilu bersejarah di Afrika Selatan pada 1994 saat seorang kulit hitam, Neslon Mandela, terpilih menjadi presiden yang kemudian mengakhiri dominasi penguasa minoritas kulit putih atau dikenal dengan apartheid," demikian Christian seperti dikutip CNN.com. Pilpres kali ini juga mengingatkan Christian pada pemilu di Republik Islam Iran tahun 1998 saat mana untuk pertamakalinya perempuan dan kaum muda berbodong-bondong memilih presiden reformis, ulama moderat Mohammad Khatami. Kesamaan yang dapat ditarik dari semua peristiwa itu dengan Pilpres AS kali ini adalah semuanya ditandai dengan membludaknya pemilih yang memenuhi TPS-TPS di mana kaum muda dan wanita antri dengan sabar berjam-jam untuk memilih masa depan penuh harapan aman sentosa. "Itulah yang aku lihat pagi ini (Selasa pagi waktu AS) di Kota New York sejak pertamakali pemungutan suara digelar. Saat aku mengantar anakku ke sekolah dengan bersepeda, kami melewati sebuah TPS di sebuah sekolah yang membuat kami sulit melaluinya (saking padatnya)," kata Christian. Ia menyaksikan antrian panjang hingga mengitari seluruh blok berdekatan dengan sekolah itu. Orang menunggu dengan gembira, sabar, sambil menggenggam secangkir kopi, mengepit kertas, mencatat masa yang mereka percaya sebagai peran mereka dalam drama demokrasi paling bersejarah di negerinya. "Aku menanyai beberapa diantaranya apakah mereka pernah antri sepanjang ini untuk mengikuti pemilu, jawab mereka 'tidak pernah'. Semua tv dan radio memberitakan antusiasme ini," kata Christian. Tidak pernah dalam sejarah AS ada antusiasme memilih sebesar sekarang. Di mana pun semua memperlihatkan hasrat untuk menggunakan hak pilihnya, tersihir oleh Obama, bahkan tabloid-tabloid sayap kanan di Kota New York serempak mengatakan antusiasme ini adalah bentuk dukungan pada Obama (tak mungkin tercipta kalau tidak ada pesona Obama). "Hari-hari belakangan ini, di lift, di koridor-koridor kantor, taksi atau sambil menjaga anak-anak mereka, semua orang membicarakan rencana mereka hari ini, di hari pemungutan suara: Merencanakan tak hanya untuk dirinya sendiri, namun membantu orang-orang tua datang ke bilik suara, dan membimbing anak-anak muda untuk memilih," papar Christian. Sementara itu, jaringan-jaringan televisi berlomba memberitakan pemilu, demikian pula dengan koran-koran yang berjanji memberitakan hasil penghitungan suara begitu pemungutan suara dilakukan. "Tak ada pemilu yang begitu menyihir AS sejak tahun 1968 (kecuali pemilu sekarang). Seluruh dunia berharap ikut memilih dalam pemilu AS kali ini. Apapun yang terjadi, pemilu AS ini akan mengubah dunia," klaim Christian. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008