Bengkulu (ANTARA News) - Keberadaan Rhino Patroli Unit (RPU) yang bertugas menjaga populasi badak di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) wilayah Bengkulu dari aktivitas perburuan, menyebabkan satuan kerja itu dibubarkan."Kini tak ada lagi RPU. Dari hasil penelitian dan penelusuran tidak ada lagi badak bercula dua dan satu di Bengkulu," ujar Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Edi Sediyarto, di Bengkulu, Selasa.Namun demikian, ada satu badak asal Bengkulu yang sempat diboyong ke Lampung untuk ditangkarkan, hingga satwa itu diharapkan masih bisa berkembang biak.Edi mengatakan, badak sangat sulit bereproduksi hingga populasi mereka menyusut dengan cepat. Ia belum tahu apakah badak yang ditangkarkan di Lampung itu akan dikembalikan ke habitat di Bengkulu.Dalam upaya menyelamatkan badak, telah dibentuk satuan kerja "Rescue Project" dengan tugas menyelamatkan satwa badak yang tersisa, namun hasilnya tidak optimal.Bentuk kegagalan tersebut terlihat jelas dari populasi badak yang semula diperkirakan sebanyak 40-60 ekor tahun 1992, menjadi hanya 2-3 ekor pada 2004 dan sekarang tidak lagi terlihat jejak kehidupan satwa tergolong appendix I itu lagi.Bagi pemburu, mendapatkan badak di tengah hutan yang maha luas ibarat seorang pecandu shabu-shabu yang terus ketagihan hingga mendapatkan satwa dimaksud.Kini satuan kerja penyelamatan badak tengah mencari sisa badak yang mungkin masih tersisa itu untuk seterusnya dibawa ke Way Kambas Lampung guna dikembangbiakan dengan cara "ex-situ" (di luar habitat).Keberadaan proyek penyelamatan ini didukung dana dari organisasi pecinta satwa, tetapi tidak dijelaskan jenis bantuannya.Kepala RPU Edi Kusuma menyatakan, pihaknya sudah berupaya melakukan tugas secara optimal dalam mencegah terjadinya pembunuhan terhadap badak di hutan-hutan wilayah TNKS, namun hasilnya tetap mengecewakan.Ia menyatakan timnya selama 20 hari dalam satu bulan berada di dalam hutan, berkeliling mengawasi setiap jengkal hutan dari aktivitas perburuan.Hanya saja, luas TNKS yang mencapai raturan ribu hektare sementara petugas RPU hanya belasan orang, mengakibatkan hasil pengawasan tidak bisa berjalan secara baik. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008