Jakarta (ANTARA News) - Ketua bidang Ekonomi dan Keuangan DPP Partai Demokrat Darwin Zahedy Saleh menyatakan, skenario penurunan harga BBM bersubsidi harus mempertimbangkan banyak hal dan jangan sampai mengganggu ruang gerak keberlanjutan APBN untuk membiayai pembangunan dan berbagai program pro rakyat yang perlu dilanjutkan."Perlu dirumuskan formula penyesuaian harga BBM bersubsidi yang dikaitkan dengan faktor fluktuasi harga minyak dunia," ujar Darwin di Jakarta, Selasa.Selain itu juga perlu dipertimbangkan alokasi subsidi BBM yang belum terpakai dan dana untuk program prorakyat sebagai kendala, mengingat tingkat harga minyak dunia berdampak pada sisi penerimaan dan pengeluaran APBN. Lebih lanjut Darwin yang juga ekonom UI itu berpendapat bahwa yang perlu segera untuk diturunkan di antara BBM bersubsidi itu adalah BBM jenis solar. Hal ini penting karena bagi rakyat yang tingkat kemiskinannya paling parah adalah mereka yang bekerja sebagai nelayan kecil dengan kapasitas perahu dibawah 10 grosston. "Jumlah mereka ada sekitar 2,7 juta yang penghasilannya rata-rata Rp445 ribu per bulan per kepala keluarga," ujarnya. Sebelumnya berbagai pihak mendesak agar pemerintah segera menurunkan harga BBM setelah harga minyak dunia terus merosot hingga kini sekitar 65 dolar AS/barel. Menurut Darwin, hal yang perlu difahami terkait dengan turunnya harga minyak dunia itu adalah penurunan masih merupakan fenomena sementara akibat relatif turunnya permintaan minyak oleh banyak negara yang kini sedang sibuk merevisi lebih rendah tingkat pertumbuhan ekonomi masing-masing atau mempertimbangkan sisi "downside" dari kelanjutan krisis keuangan global. "Tetapi perlu diingat bahwa hampir semua pemerintahan di dunia juga sibuk membantu perbankan dan kalangan dunia usaha mereka, sehingga ada kemungkinan yang terjadi adalah `upside-nya` sehingga optimisme dunia usaha dapat datang lebih cepat," katanya. Artinya, ia menambahkan, bangsa ini perlu siap dan mencermati beberapa pereknomian besar seperti AS, Jepang dan China, khususnya keampuhan rangkaian kebijakan masing-masing dalam mempercepat penyesuaian ekonominya pada masa krisis saat ini sehingga harga minyak naik lagi. "Di Indonesia, tanda-tanda itu terlihat dari netbeli asing di bursa efek yang terus terjadi dalam 5 hari belakangan dan penguatan IHSG," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008