Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa pagi, turun kembali ke posisi Rp11.000 per dolar AS, akibat tingginya aksi beli dolar dari para pelaku pasar. "Aksi beli dolar AS oleh pelaku pasar masih tinggi, sehingga rupiah kembali terpuruk hingga mencapai level Rp11.000 per dolar AS," Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi Rp11.000/11.200 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.800/11.100 atau turun 200 poin. Rully mengatakan, pasar masih didominasi aksi beli dolar AS, meski laju inflasi Oktober 2008 membaik menjadi 0,45 persen dibanding bulan lalu yang mencapai 0,97 persen. Sentimen positif dari membaiknya inflasi Oktober 2008 cenderung tidak mampu mendorong rupiah bergerak naik, katanya. Dolar AS sendiri di pasar global menguat terhadap mata uang utama lainnya menjelang pemilihan presiden AS. Euro turun menjadi 1,2635 dari sebelumnya 1,2750 per dolar AS dan dolar AS terhadap yen naik menjadi 99,13 dari 98,44 yen. Institute for Supply Management AS mengungkapkan indeks belanja manajer (PMI), ukuran bagi kegiatan manufaktur, turun menjadi 38,9 pada Oktober dari 43,5 pada September, terendah sejak September 1982. Kejatuhan indeks manufaktur ISM mencerminkan ekonomi AS berada dalam resesi keras. Menurut Rully, rupiah untuk sementara masih dalam tekanan pasar, meski pemerintah dan Bank Indonesia (BI) berusaha menjaganya, namun tekanan krisis keuangan global masih tetap besar. Karena itu rupiah sampai akhir tahun ini akan masih terpuruk, namun BI terlihat menjaga mata uang Indonesia itu tidak meliwati angka Rp12.000 per dolar AS, ucapnya. Rupiah, lanjut dia pada sore nanti diperkirakan akan kembali tertekan, karena pelaku pasar cenderung membeli dolar AS, apalagi menjelang akhir tahun kebutuhan terhadap dolar AS meningkat. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali terpuruk hingga meliwati angka Rp11.000 per dolar AS, karena pelaku merasa lebih baik memegang dolar AS," ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008