Jakarta (ANTARA News) - Lapindo Brantas Inc (LBI) menyesalkan, adanya pemungutan suara (voting) mengenai penyebab terjadinya lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), dalam konferensi geologi internasional American Association of Petroleum Geologists (AAPG) 2008 di Cape Town, Afrika Selatan, 28 Oktober lalu. "Bagi Lapindo, putusan melalui voting dalam suatu forum ilmiah adalah suatu hal yang tidak benar.Masyarakat ilmiah dan khususnya Lapindo menyesalkan hal ini," kata Vice President Relations Lapindo, Yuniwati Teryana dalam jumpa pers di Jakarta, Senin. Menurut Yuniwati, dalam konferensi tersebut tidak ada keputusan resmi yang menegaskan bahwa semburan lumpur Sidoarjo (Lusi) disebabkan oleh kegiatan pemboran migas LBI di sumur Banjar Panji 1. Namun ia mengakui, ada pihak-pihak yang mencederai konferensi ilmiah AAPG untuk kepentingan pembenaran atas hipotesa tentang fenomena Gunung Lumpur (mud volcano) Lusi. Hal itu, lanjut Yuniwati, menyebabkan terjadinya sejumlah ketidakwajaran dalam forum ilmiah tersebut. Diantaranya, penggantian moderator secara mendadak pada sesi pembahasan Lusi, pelarangan bertanya oleh peserta dari Lapindo maupun Indonesia serta voting secara tiba-tiba, katanya. Voting dilakukan oleh moderator secara tiba-tiba hanya dalam waktu satu menit tanpa terlebih dahulu melakukan resume dari makalah para pembicara, yang semuanya menggunakan istilah mud volcano. "Padahal tidak ada forum ilmiah yang diselesaikan dengan cara voting. Forum ilmiah harus diselesaikan dengan metode ilmiah karena tidak ada istilah kalah-menang dalam forum ilmiah, tetati salah-benar," ujar Yuniwati. Selain di Cape Town, konferensi geologi internasional juga dilakukan di London pada 21-22 Oktober 2008. Fokus diskusi di Cape Town adalah faktor pemicu (trigger) Lusi. Ahli kebumian internasional tidak meragukan lagi Lusi sebagai mud volcano. Hanya persoalannya adalah apa pemicu gunung lumpur besar itu. "Semua makalah menyebut Lusi sebagai mud volcano dalam judul ataupun abstraknya," katanya. LBI menghormati, pendapat Richard Davies dan kawan-kawan yang menulis makalahnya berjudul The East Java Mud Volcano (2006 to Present): An Earthquake or Drilling Trigger? Makalah itu telah menyajikan banyak asumsi sehingga Davies meyakini faktor pemboran (drilling) sebagai pemicunya. Begitu juga kepada Nurrochmat Sawolo dalam makalah East Java Mud Volcano (Lusi): Drilling fact and Analysis memaparkan data faktual drilling dan analisis yang bertentangan dengan pakar Inggris itu. LBI berharap semua data yang digunakan telah di cek silang dengan data lain sehingga data yang dipakai dapat diyakini kebenarannya. Seperti diketahui, Richard Davies dkk dalam perhitungannya ada yang memakai data dari sumur pemboran Porong. Sedangkan Sawolo menggunakan perhitungan dari data otentik sumur Banjar Panji itu sendiri.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008