baru kali ini ditemukan lagi setelah beberapa tahun terakhir
Pangandaran (ANTARA) - Petugas Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Pangandaran menemukan satu ekor penyu mati yang diduga terjerat alat pancing yang dipasang di dasar laut untuk menangkap ikan di Pantai Barat Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
"Bangkai penyu langsung dikubur di sana, setelah didata petugas," kata Kepala Resor KSDA Pangandaran, Uking Iskandar saat dihubungi wartawan, Sabtu.
Ia menuturkan, penyu sisik diperkirakan berusia dua tahun dengan lebar 26 sentimeter dan panjang 35 sentimeter itu ditemukan mati kedua kalinya di pantai, Jumat (27/12).
Baca juga: BKSDA Bali lepasliarkan penyu di Pantai Kuta
Baca juga: Warga serahkan empat bangkai penyu ke Gubernur Bengkulu
Sejak temuan penyu mati itu, kata dia, Pemkab Pangandaran mengeluarkan aturan larangan bagi nelayan untuk tidak menggunakan alat pancing rawai senggol.
"Baru kali ini ditemukan lagi setelah beberapa tahun terakhir," katanya.
Ia menyampaikan, jajaran KSDA Pangandaran sudah mengimbau nelayan untuk tidak menggunakan alat pancing rawa senggol untuk menangkap ikan karena dapat mengganggu kehidupan penyu.
Namun adanya penyu mati itu, kata dia, diperkirakan terjerat alat pancing di luar Pangandaran, kemudian penyu itu terbawa arus hingga sampai ke Pantai Pangandaran.
Baca juga: Kanopi : usut sembilan penyu mati dekat PLTUB Bengkulu
Baca juga: Penyu dan tukik dicuri dari Konservasi Penyu Sindu Dwarawati
"Ditemukan matinya di Pantai Pangandaran, bisa saja tersangkut rawai senggol di daerah lain, lalu terbawa ke Pangandaran," katanya.
Ia menambahkan, KSDA terus berupaya menjaga habitat dan kehidupan penyu karena saat ini populasi penyu di Indonesia terjadi penurunan.
Bahkan, lanjut dia, saat ini tidak terlihat lagi penyu bertelur di Pantai Pangandaran, selama ini yang masih terlihat penyu di Pantai Sindangkerta, Kabupaten Tasikmalaya.
"Kita juga sudah melepasliarkan 70 ekor tukik untuk menjaga keberadaannya tetap ada," katanya.
Baca juga: Menpar lepas penyu di Pulau Pengelap Kota Batam
Baca juga: Pegiat konservasi di Raja Ampat lepas 400 lebih tukik ke laut
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019