Paris (ANTARA) - Prancis memanggil duta besar Iran pada Jumat (27/12) guna menuntut pembebasan dua warga negara mereka yang ditahan di penjara Iran setelah salah satu di antaranya, antropolog Prancis-Iran Fariba Adelkhah, mulai melakukan aksi mogok makan.
"Seperti yang telah digarisbawahi oleh presiden dan juga menteri luar negeri pada berbagai kesempatan, penahanan mereka tidak dapat ditoleransi," demikian diungkapkan Kementerian Luar Negeri Prancis dalam konferensi pers daring harian.
Iran memperketat penahanan terhadap warga asing dan warga negara ganda atas tuduhan mata-mata dan membahayakan keamanan di tengah kebuntuan yang berlarut-larut dengan negara Barat sejak Amerika Serikat hengkang dari perjanjian internasional, yang ditujukan untuk mengekang kegiatan nuklir Iran.
Teheran hingga kini menolak tuntutan Presiden Prancis Emmanuel Macron agar pihaknya membebaskan Fariba dan Roland Marchal, koleganya di Institut Ilmu Politik Paris. Kedua akademisi itu ditangkap pada Juni.
Menurut pemerintah Prancis, akses konsuler bagi kedua warganya itu ditolak selama mereka ditahan.
Utusan Iran tersebut diterima oleh salah satu pejabat paling senior di Kementerian Luar Negeri Prancis.
Fariba dan satu akademisi asing lainnya yang ditangkap, Kylie Moore-Gilbert yang blasteran Inggris - Australia, menyebutkan melalui surat bertanggal 24 Desember bahwa mereka mulai menolak makan dan minum di penjara Evin di Teheran.
Sumber: Reuters
Baca juga: Prancis minta Iran bebaskan dua warganya yang ditahan sejak Juni
Baca juga: Iran tolak seruan Prancis bebaskan antropolog berkewarganegaraan ganda
Baca juga: PBB pantau aksi mogok makan 1.000 tahanan Palestina
Presiden Terima Kunjungan Menlu Prancis
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019