Jakarta (ANTARA News) - Krisis finansial global diperkirakan belum banyak mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga tahun ini."Hingga September, penjualan sektor riil masih cukup tinggi dengan keyakinan konsumen yang cukup baik. Tetapi memang sudah ada penurunan konsumsi semen untuk pembangunan konstruksi," kata Direktur Perencanaan Makro Bappenas, Bambang Prijambodo di Jakarta, akhir pekan lalu.Demikian pula halnya dengan investasi dan ekspor yang menurut Bambang masih berada pada tren positif, meskipun investasi di pasar portofolio dipastikan mengalami penurunan. "Untuk menjaga ekonomi domestik ke depan, akan sangat penting upaya-upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah, terutama dengan terus memberikan kepercayaan dan ketenangan ke pasar dalam negeri," katanya. Dengan demikian, katanya, dampak dari perlambatan ekonomi AS yang juga sebenarnya diikuti oleh perlambatan laju beberapa ekonomi di Asia, baru akan terlihat dampaknya secara signifikan pada triwulan keempat 2008, terutama dari sisi ekspor. Dia mencontohkan, laju pertumbuhan ekonomi di Singapura yang pada triwulan ketiga melambat menjadi minus 0,5 persen secara year on year (yoy) dan Korsel yang hanya tumbuh 0,6 persen yoy pada triwulan yang sama. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi AS yang melambat pada triwulan ketiga menjadi hanya 0,8 persen secara yoy (year on year) akan kembali membaik pada semester kedua 2009 menyusul seluruh kebijakan keuangan AS.Pemerintah AS telah mengeluarkan stimulus fiskal pertama sebesar 168 miliar dolar AS berupa pemotongan pajak, dana talangan (bail out) sebesar 700 miliar dolar AS untuk membeli aset-aset perbankan yang buruk, dan kemungkinan stimulus fiskal kedua yang diperkirakan mencapai sebesar 150 miliar dolar AS. Indonesia sendiri hingga triwulan kedua 2008 tumbuh 6,39 persen year on year, dengan target akhir tahun 6,0 persen.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008