Jakarta (ANTARA) - Produk Indonesia mencetak transaksi potensial sebesar Rp9,75 miliar di Vietnam Expo 2019 yang berlangsung pada 4-7 Desember 2019 di Saigon Exhibition & Convention Center (SECC), Ho Chi Minh City, Vietnam.
"Produk Indonesia mendapat respons yang sangat baik dari buyer dan pengunjung pameran hingga berhasil meraih transaksi potensial sebesar Rp9,75 miliar. Nilai ini terdiri atas transaksi ritel berupa produk kosmetik, perhiasan, dan kerajinan tangan sebesar Rp12,44 juta serta transaksi kontak dagang sebesar Rp9,74 miliar," kata Kepala Atase Perdagangan Hanoi Mohammad Iqbal Djamil lewat keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.
Vietnam Expo merupakan pameran internasional yang rutin diselenggarakan sebanyak dua kali dalam setahun dan kali ini merupakan penyelenggaraan yang ke-17.
Baca juga: Dua perusahaan Vietnam dapat penghargaan Primaduta dari Indonesia
Vietnam Expo 2019 menampilkan multiproduk yang diikuti sebanyak 850 peserta dari 18 negara diantaranya Inggris, India, Taiwan, Jerman, Korea Selatan, Malaysia, Rusia, Jepang, Filipina, Singapura, Hong Kong, Spanyol, Thailand, Swiss, Tiongkok, Amerika Serikat, Indonesia, dan Vietnam.
Menurut Iqbal, Indonesia perlu lebih memanfaatkan potensi Vietnam untuk menjadi tujuan pasar ekspor dan rantai pasok tingkat regional bagi industri nasional.
"Vietnam termasuk salah satu negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) baik secara bilateral maupun regional dengan 13 perjanjian dan memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan penduduk lebih dari 96 juta jiwa," imbuhnya.
Baca juga: Mendag minta penegasan Vietnam untuk bebaskan tarif ekspor CKD
Pada Vietnam Expo 2019, Atdag Hanoi dan Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan memberikan fasilitas kepada tujuh perusahaan Indonesia yang mengikuti pameran berupa lahan seluas 54 meter persegi untuk menampilkan produk-produknya.
Ketujuh perusahaan Indonesia yang mengikuti Vietnam Expo 2019 yaitu PT Universal Abrasivindo Industrial (produk amplas/sandpaper), CV Bali Bakti Anggara (produk dekorasi rumah), PT Irawan Djaja Agung (produk obat-obatan yang dijual bebas/over the counter/OTC), CV Jaya Abadi (produk makanan ringan), PT Dexa Medica (produk farmasi), PT Aquasolve Sanaria (produk makanan sehat), serta PT Gloria Origita Cosmetics (produk kosmetik).
“Ketujuh perusahaan Indonesia ini diharapkan dapat meningkatkan promosi produk Indonesia ke Vietnam dan memperluas ekspor ke pasar-pasar nontradisional," jelas Iqbal.
Baca juga: Perum Perindo akui Vietnam pesaing berat ekspor produk perikanan
Vietnam, lanjut Iqbal, merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Vietnam juga memiliki angka perdagangan yang cukup tinggi dengan Indonesia. Pada 2018, total perdagangan antara kedua negara mencapai 8,4 miliar dolar AS.
Indonesia juga memiliki investasi di Vietnam yang tercatat lebih dari 2 miliar dolar AS dalam sektor properti, obat-obatan, makanan, dan bahan kimia.
Menurut Iqbal, beberapa produk Indonesia seperti mi shirataki, balsam, kosmetik pada umumnya belum terlalu dikenal oleh masyarakat Vietnam. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat memperkenalkan, mempromosikan, dan mengedukasi produk Indonesia ke masyarakat Vietnam.
“Selanjutnya, Atdag Hanoi akan mendorong dan melakukan koordinasi dengan peserta pameran agar lebih responsif dalam menindakdaklanjuti permintaan dan penjajakan dengan pembeli potensial agar terjadi kontak dagang," tutupnya.
Baca juga: Nilai perdagangan Indonesia-Vietnam capai 8,45 miliar dolar
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019