Kami cukup memperhatikan Pondok Pesantren Hidayatullah. Apalagi beberapa santri sempat keracunan karena menyantap hidangan yang sudah tidak layakBatam (ANTARA) - Tim dari Aksi Cepat Tanggap menyalurkan beras sebanyak 1 ton kepada Pondok Pesantren Hidayatullah Sememal di Pasir Panjang, Kabupaten Karimun Kepulauan Riau.
Perwakilan ACT Kepri Khairul di Batam Jumat mengatakan pihaknya sengaja memilih Pondok Pesantren Hidayatullah menjadi sasaran distribusi bantuan karena kondisinya dinilai masih prasejahtera.
Baca juga: Penderita penyakit komplikasi diberi bantuan ACT Lampung
"Kami cukup memperhatikan Pondok Pesantren Hidayatullah. Apalagi beberapa santri sempat keracunan karena menyantap hidangan yang sudah tidak layak," kata dia.
Bantuan yang diserahkan merupakan bagian dari program ACT, Beras untuk Santri Indonesia (Berisi).
Baca juga: Ratusan paket makanan dibagikan ACT Madiun bagi jamaah shalat gerhana
Seorang pengurus Pondok Pesantren Hidayatullah Ustad Saefudin mengatakan terkejut sekaligus senang mendapatkan bantuan beras sebanyak itu.
"Berasnya sangat banyak. Kita sangat senang karena biasanya kita bisa makan enak saat ada tamu yang datang membawakan makanan hajatan. Kami sangat terkejut atas bantuan satu ton beras ini," kata dia.
Baca juga: Generasi cinta Quran adalah generasi cerdas dan unggul, sebut ACT
Pondok Pesantren Hidayatullah awalnya merupakan panti asuhan.
Pada perkembangannya, panti asuhan itu dikembangkan menjadi pondok pesantren untuk mendidik anak asuhan yang tinggal di sana dengan bekal ilmu agama yang baik sehingga kelak bisa berdakwah dengan baik.
Hingga kini, Pondok Pesantren Hidayatullah belum memiliki asrama putra, sehingga terpaksa menjadikan ruang kelas sebagai tempat santri putra untuk tidur.
Ia menyatakan pengurus Pondok Pesantren Hidayatullah menggratiskan biaya untuk para santri. Pengurus mengandalkan swadaya masyarakat yang jumlahnya tidak tetap.
Dalam kesempatan itu, ia mengatakan pondok pesantren kerap kesulitan air bersih.
"Kami hanya mengandalkan air dari bantuan pipanisasi perusahaan di dekat sini. Namun jika musim kemarau tiba, kami mengandalkan air sungai, yang juga tidak bersih. Pernah sekitar 15 santri sakit kulit karena itu," kata dia.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019