Beijing (ANTARA) - Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Beijing Marina Novira mendorong para pengusaha Indonesia untuk lebih meningkatkan komoditas ekspor bernilai tambah ke China.
"Untuk mengurangi angka defisit (defisit perdagangan Indonesia terhadap China), yang sangat perlu dilakukan adalah meningkatkan nilai ekspor produk bernilai tambah," katanya kepada Antara di Beijing, Jumat.
Dari segi nilai ekspor, dia menyebutkan posisi Indonesia di peringkat ke-15 sebagai negara eksportir terbesar ke China.
Selama periode Januari-Oktober 2019 nilai ekspor Indonesia tercatat hanya 28,2 miliar dolar AS, dan berarti masih jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya.
Dalam periode tersebut Malaysia mencatat nilai 58,5 miliar dolar AS dan Vietnam sebesar 50,6 miliar dolar AS.
"Akan tetapi jangan salah. Untuk kuantitas, kita justru di depan," kata Marina menambahkan.
Pada periode Januari-Oktober 2019, volume ekspor Indonesia ke China telah mencapai angka 182,3 miliar kilogram.
Dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang hanya 152 miliar kilogram, volume ekspor Indonesia meningkat sebesar 19,91 persen.
Bandingkan dengan Malaysia yang volume ekspornya ke China pada Januari-Oktober 2019 sebagaimana data Bea dan Cukai China hanya 41,2 miliar kilogram dan Vietnam 35,8 miliar kilogram.
"Berdasarkan catatan kami, di antara negara pesaing lainnya seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, Filipina dan Thailand posisi peningkatan ekspor dari sisi kuantitas, Indonesia saat ini menempati peringkat pertama," ujar Marina.
Untuk daftar eksportir terbesar ke China dari sisi kuantitas itu, Indonesia menempati peringkat ketiga di bawah Australia dan Brazil.
Baca juga: KBRI Beijing undang pengusaha China kunjungi TEI
Baca juga: BUMN China investasi Rp120 triliun di Kawasan Ekonomi Khusus Palu
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019