Mexico City (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri Meksiko pada Rabu (25/12) meminta pertemuan dengan kuasa usaha Bolivia untuk memprotes "gangguan dan intimidasi" terhadap personel diplomatiknya di Kota La Paz, Bolivia.
Sejak Senin (23/12), Meksiko telah menuduh Bolivia meningkatkan kehadiran polisi di luar Kedutaan Besarnya dan mengintimidasi para diplomat.
Pertikaian tersebut terjadi setelah memburuknya hubungan kedua negara setelah Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador bulan lalu memberi suaka kepada mantan presiden Bolivia Evo Morales, seorang rekan sayap-kirinya.
Kementerian Luar Negeri Meksiko menyatakan kementerian itu menyerukan pertemuan pada Kamis sehingga kuasa usaha Bolivia dapat "menjelaskan prilaku pemerintah Bolivia", kata kementerian tersebut di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ditambahkannya, sembilan orang ditampung di instalasi diplomatik di Bolivia di bawah perlindungan Meksiko.
Di dalam surat kepada Kementerian Luar Negeri Bolivia yang bertanggal Selasa (24/12) itu, Kedutaan Besar Meksiko mengatakan jumlah polisi di sekitar instalasinya telah bertambah sejak November dan kedutaan tersebut mendeteksi "drone" pengawas di atas bangunan diplomatik.
"Bukannya melindungi lokasi ini dan personel diplomatik Meksiko ... mereka malah mengintimidasi staf itu dan mengganggu kedamaian serta martabat perwakilan diplomatik," demikian antara lain isi surat tersebut, yang disiarkan pada Rabu malam (25/12).
Baca juga: Meksiko tuduh Bolivia lecehkan staf diplomatik
Baca juga: Jaksa agung Bolivia selidiki Morales atas dugaan penghasutan
Baca juga: Putin peringatkan Bolivia di ambang kekacauan
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019