Palembang (ANTARA) - Kenaikan harga sawit dalam beberapa pekan terakhir dipicu oleh mandatori penggunaan biodiesel 30 persen (B30) yang sudah disepakati berlaku pada 1 Januari 2020.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, di Palembang, Kamis, mengatakan, kenaikan harga sawit ini terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia sehingga menjadi angin segar bagi petani yang sudah lama mendambakan kenaikan harga.
“Hampir sepanjang tahun ini harga jatuh, tapi di penghujung tahun sudah bergerak naik,” kata dia.
Baca juga: Jokowi senang implementasi B30 hemat devisa 4,8 miliar dolar
Ia mengatakan sebanyak 18 produsen biodiesel sawit nasional telah menandatangani penyediaan biodiesel sawit (FAME) bagi kebutuhan mandatori B-30 yang berlaku mulai 1 Januari 2020.
Sebanyak 9,6 juta kiloliter biodiesel sawit atau setara dengan 8,5 juta ton CPO/tahun yang akan terserap di dalam negeri.
“Ini artinya sebanyak 26 persen volume CPO Indonesia yang seharusnya diekspor ke berbagai negara, akan berkurang. Tentunya akan berdampak pada stok dunia,” kata dia.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Sumatera Selatan memproyeksi harga komoditas tersebut akan membaik pada 2020 karena menunjukkan tren positif sepanjang 2019.
Baca juga: Erick: Operasional TPPI dan B30 lompatan besar bidang energi
Ketua Gapki Sumsel Harry Hartanto di Palembang, Kamis, mengatakan harga crude palm oil (CPO) terus menunjukkan pergerakan positif sejak April 2019.
“Harga CPO Sumsel pada minggu pertama Desember 2019 sudah beranjak ke Rp9.023 per kg. Kami harapkan harga terus membaik hingga tahun 2020,” kata dia.
Sementara untuk harga di tingkat petani berupa tandan buah segar (TBS) saat ini sudah menyentuh Rp1.678 per kg.
Harry mengatakan Sumatra Selatan berkontribusi sebanyak 5 juta ton CPO dari total produksi CPO nasional yang mencapai 36 juta ton per tahun.
“Sebetulnya kelapa sawit yang dihasilkan di Sumsel sudah menjadi produk olahan. Apalagi sudah dipakai untuk penerapan B30,” kata dia.
Menurut Harry, kenaikan harga sawit ini patut disyukuri di tengah gencarnya kampanye hitam dari negara-negara Uni Eropa terhadap produk ekspor utama Indonesia, minyak kelapa sawit (CPO).
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019