Jakarta (ANTARA News) - Satu pertemuan diantara para geolog terkemuka internasional menyimpulkan, penyebab genangan lumpur di Sidoarjo, pada Mei 2006 yang telah menciptakan malapetaka sosial dan lingkungan di wilayah itu, adalah pengeboran sumur gas di daerah tersebut, klaim seorang geolog Inggris seperti dikutip AFP, Jumat.Aliran lumpur --AFP menyebutnys Lusi (Lumpur Sidoarjo) mengutip para geolog dunia -- telah menenggelamkan 12 desa, memaksa 30 ribuan orang mengungsi dan masih terus memuntahkan lumpur sampai pada level setara isi 53 kolam renang ukuran Olimpiade setiap hari. Universitas Durham di Inggris timur laut, menyatakan, 74 ilmuwan top spesialis geologi tambang telah memperdebatkan secara serius Lusi pada satu konferensi di Cape Town, Afrika Selatan, Selasa.Di konferensi itu, empat geolog mengajukan hipotesis berbeda, termasuk profesor geologi dari Universitas Durham, Richard Davies, demikian universitas itu dalam siaran persnya.Sebanyak 42 ilmuwan menerima argumentasi ilmiah Richard Davies yang menyebut penyebab genangan lumpur Sidoarjo berasal dari sumur eksplorasi gas Banjar-Panji-1 yang dibor oleh perusahaan minyak dan gas, Lapindo Brantas.Tiga ilmuwan membenarkan argumentasi Richard Davies, enambelas lainnya menilai "tidak tuntas," sedangkan 13 lainnya mempercayai kombinasi gempa bumi dan pengeboran di sumur gas adalah penyebab muntahnya lumpur Sidoarjo.Lapindo Brantas menyangkal pengeboran sumur gas sebagai penyebab tumpahnya lumpur ke permukaan sehingga menimbulkan bencana di Sidoarjo, sebaliknya menyebut gempa bumi Yogyakarta yang jaraknya 280 km dari wilayah pengeboran sebagai penyebab bencana itu.Voting dilakukan pada satu pertemuan yang diadakan selama konferensi Asosiasi Geologi Tambang AS (AAPG) yang berlangsung pada 26-29 Oktober di Cape Town.Davies telah memimpin sejumlah penelitian mengenai Lusi dan menganggap gempa bumi Yogyakarta terlalu kecil dan terlalu jauh untuk menyebabkan sebuah letusan, di mana sumur gas dibor hanya 150 meter dari lokasi genangan lumpur.Dalam pertemuan di Cape Town itu, Richard mengemukakan data baru bahwa dia telah membuktikan bahwa sehari sebelum ledakan, sumur gas itu menarik aliran besar dan menyebabkan tekanan hebat ke dalam. Data itu diperkuat oleh sebuah tape rekaman mengenai proses pengeboran sejak mulai sampai (gas) keluar, demikian Davies."Saya tetap meyakini bahwa pemboran adalah penyebab lautan lumpur. Pendapat para ilmuwan internasional di pertemuan Afrika Selatan ini memperkuat keyakinan saya dan berbagai kesimpulan banyak ilmuwan terkemuka lainnya yang meneliti Lusi."Davies mengatakan, Lusi menurunkan permukaan tanah sekitar 13 meter per tahun dan akhirnya surut ketika permukaan tanah turun lebih dari 140 meter.Davies menyebut bencana Lusi atau di Indonesia lebih terkenal dengan Lumpur Lapindo ini sebagai bencana lingkungan yang abadi. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008