Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi, merosot tajam menembus angka Rp11.000 per dolar AS, menyusul aksi pelaku pasar yang kembali memborong dolar sehingga menyebabkan mata uang lokal itu terpuruk. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot menjadi Rp11.100/11.400 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.600/10.625 atau melemah 500 poin. Dirut Finance Corfindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, Jumat, mengatakan pelaku pasar membeli dolar AS, karena gejolak pasar masih tinggi yang menunjukkan pasar masih belum tenang. Jadi kenaikan rupiah pada dua hari lalu hanya untuk melepas tekanan sesaat, namun pada hari ini rupiah kembali tertekan hingga melewati angka Rp11.000 per dolar AS, ucapnya. Tekanan negatif pasar itu, menurut dia, kemungkinan akan mendorong Bank Indonesia (BI) untuk memasuki pasar agar rupiah tidak tertekan lebih jauh. "Kami optimis BI akan intervensi lagi untuk melepas dolar yang dimiliki sehingga tekanan terhadap rupiah bisa berkurang," ucapnya. Gejolak krisis keuangan AS, menurut Edwin Sinaga, masih belum mereda, bahkan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun depan masih sulit diprediksi apakah membaik atau semakin memburuk. Karena itu rupiah apakah bisa bertahan minimal di angka Rp10.000 per dolar AS, atau makin terpuruk, akibat kuat tekanan pasar terutama dari pasar eksternal, katanya. Pemerintah dan BI sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan tekanan terhadap, namun tampak belum ada hasilnya. Kalau pun ada kenaikan rupiah hanya terjadi sesaat saja untuk menahan agar tidak merosot lebih jauh. Jadi peluang rupiah untuk menguat dan kembali ke level Rp9.500 per dolar AS sudah semakin sulit. Mungkin sudah tidak jamannya lagi untuk mencapai angka tersebut (Rp9.500 per dolar AS), tuturnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008