Jakarta (ANTARA News) - Ikatan Alumni UI (Iluni) Fakultas Teknik UI (FTUI) melihat perlunya krisis ekonomi global saat ini dijadikan momentum mendorong penggunaan berbagai produk domestik dikalangan industri nasional, termasuk rekayasa teknologi yang dihasilkan berbagai perguruan tinggi.Menurut Ketua Iluni FTUI Milatia Kusuma di Jakarta, Kamis, bangsa ini sebenarnya lebih mudah bangkit dari krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini karena perekonomiannya masih digerakkan sektor riil dan bukan derivatif finansial seperti halnya dinegara-negara maju."Karena itu bangsa Indonesia harus mampu bangkit melalui upaya mendorong penggunaan berbagai produk domestiknya sendiri, termasuk teknologi, ketimbang produk impor dari negara lain," katanya.Dikemukakannya pula bahwa Iluni FTUI yang saat ini jumlahnya mencapai 12 ribuan orang perlu lebih banyak lagi memberikan kontribusinya bagi kebangkitan bangsa dalam menghadapi krisis saat ini, diantaranya melalui kampanye menggunakan berbagaiteknologi yang dikembangkan bangsa sendiri.Diberbagai universitas, menurut Milatia, sebenarnya telah banyak dikembangkan rekayasa teknologi yang inovatif namun belum banyak terserap di dunia industri.Saat ini masih banyak kalangan industri di dalam negeri yang lebih menyukai memakai teknologi impor dengan pertimbangan lebih mudah dan murah ketimbang menggunakan teknologi yang dihasilkan bangsa sendiri.Hal tersebut telah menciptakan ketergantungan bangsa Indonesia yang tinggi terhadap berbagai produk dari negara lain sehingga secara perlahan-lahan justru mematikan potensi bangsa sendiri.Terkait dengan hal itu, Iluni FTUI juga akan menggelar reuni alumni FTUI dari angkatan 1964 hingga 2007 yang diantaranya berisi pameran hasil karya mahasiswa serta alumninya sebagai ajang promosi produk dan inovasi teknik untuk industri dalamnegeri.Menurut Ketua Panitia Reuni, Agus Muldya, acara yang akan digelar pada 2 November 2009 di Kampus UI Depok itu diharapkan pula bisa menyegarkan kembali semangat untuk membangun Indonesia yang lebih baik disegala bidang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008