Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim dan juga para pemimpin serikat pekerja di Malaysia menggugat pembelian saham BII oleh perbankan Malaysia, Maybank. Anwar Ibrahim mencoba mengajukan mosi dalam sidang parlemen, Kamis, salah satunya adalah kasus pembelian BII oleh Maybank, tapi oleh juru bicara parlemen Pandikar Amin Mulia, Anwar diberikan waktu pada Senin mendatang. Di tempat terpisah, Presiden MTUC (Malaysian Trade Union Congress) Syed Syahir dan Presiden NUBE (National Union of Bank Employees) Sivabalan juga menggugat pembelian BII oleh Maybank karena ketidakjelasan untung ruginya akuisisi itu kepada rakyat Malaysia dan juga pekerja perbankan. Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim tiba-tiba berdiri dan memohon kepada juru bicara parlemen Pandikar untuk membacakan mosi darurat atas kasus pembelian helikopter EC 725 Cougar produksi Eurocopter, kasus pembelian BII oleh Maybank, dan kasus broadband untuk Kuala Lumpur tapi ditolak namun diberikan kesempatan Senin mendatang. Beberapa waktu lalu, Anwar Ibrahim mengatakan bahwa pembelian BII oleh Maybank kurang tepat waktunya karena langkah bisnis itu diambil pada saat terjadinya krisis keuangan global yang dapat membahayakan nasabah Maybank, yang mayoritasnya adalah rakyat dan perusahaan Malaysia. Langkah bisnis Maybank itu akan menyebabkan kerugian, kata Anwar. Nada serupa juga dikemukakan oleh Presiden MTUC Syed Syahir. Ia mengatakan, mayoritas pemegang saham adalah PNB (Permodalan Nasional Berhad) Malaysia, dimana nasabahnya adalah rakyat dan perusahaan Malaysia. "Walaupun langkah pembelian BII oleh Maybank merupakan kebijakan bisnis tapi harus ada transparansi kepada publik karena jika ada dampak kerugian maka yang menderita adalah warga Malaysia. Selama ini tidak jelas apa untung ruginya Maybank membeli BII," kata Syed Syahir. Presiden NUBE Sivabalan mengatakan bahwa selama ini manajemen Maybank tidak mengajak berunding serikat pekerja soal langkah bisnisnya membeli BII. "NUBE selalu dikatakan sebagai salah satu stake holder Maybank tapi dalam kebijakan itu mereka tidak mengajak kami berunding," kata Sivabalan. Jika langkah pembelian BII memberikan keuntungan tidak akan jadi masalah, tapi jika membawa kerugian maka yang juga akan menderita ialah karyawan atau pekerja. "Jadi seharusnya manajemen Maybank mengajak kami bicara soal langkah bisnis itu. Apalagi saat ini terjadi krisis keuangan global, apakah langkah itu harus dilanjutkan," tanya Sivabalan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008