Palembang (ANTARA) - Pencarian korban kecelakaan maut Bus Sriwijaya yang masuk jurang di liku Lematang Pagaralam, Sumatera Selatan, dihentikan sementara, Selasa malam, karena kondisi alam yang tidak memungkinkan.
Sebelumnya, Bus Sriwijaya jurusan Bengkulu-Palembang diduga menabrak beton sebelum terjun ke sungai di Liku Lematang, Desa Perahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Senin (23/12) sekitar pukul 23:15 WIB.
Kepala Sub Seksi Operasi dan Siaga Badan SAR Palembang, Benteng Telau, mengatakan penghentian proses evakuasi pada pukul 19.00 WIB ini demi keselamatan tim karena lokasi kejadian di jurang dalam dengan aliran Sungai Lematang yang sangat deras arusnya.
Pencarian korban yang diduga masih ada 13 orang lagi belum ditemukan akan dilanjutkan Rabu pagi (25/12), oleh Basarnas beserta BPBD, TNI, Polri dan masyarakat.
“Kami hentikan karena penglihatan tidak memungkinkan dan berbahaya jika dipaksakan,” kata dia.
Hingga pukul 20.00 WIB, tim evakuasi gabungan berhasil mengevakuasi 28 jenazah penumpang yang meninggal dunia. Sementara 13 orang selamat dan dirawat di RS Besemah Pagaralam.
"Jumlah korban yang berhasil di evakuasi secara total ada 41 orang. Dan tidak menutup kemungkinan korban akan bertambah," kata dia.
Telau mengatakan area pencarian kini diperluas hingga 5 kilometer dari lokasi jatuhnya bus. Hal ini dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya korban yang terseret arus Sungai Lematang.
"Sebab banyak korban yang kami evakuasi dari luar bus atau terseret arus sungai dengan ke dalaman satu sampai dua meter," kata dia.
Menurutnya, selain pencarian di aliran sungai, petugas juga ada yang menyisir tebing jurang guna memastikan keberadaan korban lainnya.
Baca juga: Evakuasi korban Bus Sriwijaya dihentikan sementara, korban 41 orang
Baca juga: Korban selamat jadi informan kecelakaan bus Bengkulu-Palembang
Baca juga: Korban kecelakaan maut bus Sriwijaya bertambah, 25 teridentifikasi
Baca juga: Lokasi kecelakaan maut bus sriwijaya terkenal rawan
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019