Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengisyaratkan penarikan "bilateral swap arrangement" dari 3 negara Asia, yaitu Jepang, China dan Korea, akan dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu, tidak hanya berdasarkan tingkat cadangan devisa yang dimiliki BI. Deputi Gubernur BI, Hartadi Agus Sarwono, di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya tidak akan menunggu cadangan devisa hingga berada di ambang batas psikologis, yaitu setara 3 bulan impor, untuk melakukan penarikan "bilateral swap" jika diperlukan. "Sekarang masih belum kita perlukan. Kalau diperlukan saja, (kita tarik-red)," katanya. Pada intinya, tambahnya, "bilateral swap arrangement" lebih dimaksudkan sebagai dana cadangan dan memberi ketenangan pada pasar bahwa likuiditas BI cukup untuk melakukan fungsinya sebagai otoritas moneter. "Jumlah seluruhnya ada 12 miliar dolar AS, dari Jepang 6 miliar dolar AS, dari China 4 miliar dolar AS dan Korea 2 miliar dolar AS," jelasnya. Meski mengakui terjadi penurunan cadangan devisa, Hartadi menjelaskan posisi cadangan devisa masih cukup aman bagi BI karena setara dengan 4,5 bulan impor. "Kita gunakan untuk bayar utang, impornya juga banyak, menjaga rupiah juga ada," kata Hartadi, saat ditanya tentang penyebab penurunan cadangan devisa. Menurut data BI, cadangan devisa hingga 15 Oktober 2008 tercatat 52,433 miliar dolar AS, turun jauh dari posisi pada akhir September 2008, 57,108 miliar dolar AS. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008