Jakarta (ANTARA News) - Bila tertekan krisis keuangan, Bank Indonesia bisa mendapat topangan dana darurat, dari hasil kerjasama regional benk sentral Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dengan tiga negara sahabat, Korea Selatan, Jepang dan China, hingga 12 miliar dolar AS."Namun hingga saat ini kita belum menggunakan sedikitpun. Dana ini sifatnya hanya `standby fund`, yang bisa diambil ketika dibutuhkan, melalui Bilateral Swap Arrangement (BSA)," kata Deputi Direktur Internasional Bank Indonesia, Dian Ediana Rae di Jakarta, Rabu seraya menambahkan bahwa dari total dana itu, yang bisa langsung digunakan, hanya 20 persen bagi tiap bank sentral negara anggota.Ditegaskan pula bahwa posisi cadangan devisa yang ada di BI saat ini masih cukup kuat untuk menghadapi krisis, sehingga tidak memerlukan topangan dana darurat tersebut. "Bahkan, ketika `window` untuk valas ini dibuka, tidak ada satupun memanfaatkannya. Artinya, secara fundamental kondisi valas dan devisa nasional masih sangat baik," ujar Dian. Kerja sama regional bank sentral ASEAN dengan ketiga bank sentral dari China, Jepang, dan Korea Selatan dicapai beberapa waktu lalu, yang kemudian dikenal sebagai Prakarsa Chiang-Mai. Sementara itu, menanggapi situasi perkembangan moneter saat ini, Dian menilai bahwa pelemahan rupiah hanya merupakan dampak sentimen global semata akibat penarikan dolar AS secara besar-besaran ke negara asalnya sebagai upaya `redemption` para pengusaha negara itu menangkal krisis.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008