Yangon (ANTARA) - Ratusan orang pada Senin melakukan protes terhadap kepolisian Myanmar setelah kesatuan itu melanggar hukum dengan menyebutkan jati diri anak kecil yang jadi korban pemerkosaan.
Kasus yang menimpa bocah berusia tiga tahun itu, yang dikenal oleh masyarakat dengan nama 'Vicoria', telah menjadi fokus tuduhan soal kelakuan tidak senonoh polisi di Myanmar. Di Myanmar, kepolisian masih berada di bawah kendali militer setelah negara itu melakukan peralihan menuju demokrasi.
Kalangan pengacara dan wartawan selama persidangan telah berupaya keras untuk menyembunyikan jati diri anak tersebut beserta keluarganya guna melindungi hak pribadi mereka.
Sekitar 400 orang, dengan mengacung-acungkan poster-poster bertuliskan "Kepolisian Myanmar, Kalian Memalukan" dan "Keadilan untuk Victoria" , berjalan di pusat kota Yangon di bawah terik matahari.
Anak tersebut diduga diperkosa di sebuah sekolah taman bermain di Ibu Kota Myanmar, Naypyidaw, pada Mei.
Setelah pengadilan memutuskan bahwa tersangka yang ditahan dalam kasus itu tidak bersalah, kepolisian mengumumkan nama anak yang menjadi korban pemerkosaan itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Myanmar bebaskan 75 anak dari dinas militer
Baca juga: Myanmar akan rilis daftar pekerjaan berbahaya untuk anak
Baca juga: Dunia didesak hentikan dukungan keuangan bagi militer Myanmar
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2019