Jakarta, (ANTARA News) - Pemerintah sedang mengkaji kemungkinan penurunan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) karena semakin menurunnya harga minyak mentah dunia. Pada konferensi pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sejak beberapa pekan lalu ia telah meminta jajaran menteri terkait untuk melakukan kalkulasi kemungkinan penurunan harga BBM. "Sesungguhnya dengan penurunan harga minyak dunia, subsidi juga turun, tetapi penerimaan penjualan di APBN juga berkurang. Inilah 'exercise' yang sedang dikerjakan, dikaitkan subsidi kurs dan faktor-faktor lain untuk sampai pada suatu kesimpulan kemungkinan harga BBM ini," kata Presiden. Presiden mengatakan hitung-hitungan tersebut saat ini secara intensif sedang dikerjakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta menteri-menteri lain yang terkait. Pada saatnya, Presiden berjanji akan mengambil keputusan tentang harga jual BBM apabila hitung-hitungan tersebut sudah selesai. "Andaikata semuanya pas, saya akan ambil keputusan untuk perubahan harga BBM ini. Tentu jadi kewajiban moral saya untuk meringankan beban saudara-saudara kita," ujarnya. Harga minyak mentah dunia saat ini meluncur hingga kisaran 63 dolar AS per barrel, jauh lebih murah ketika pemerintah menaikkan harga BBM pada Mei 2008. Saat itu, harga minyak mentah dunia mencapai lebih dari 140 dolar AS per barrel. Presiden Yudhoyono berjanji, apabila harga minyak dunia naik lagi dari kisaran 60 dolar AS per barrel, maka harga jual BBM tidak akan melebihi dari nilai saat ini. "Kita pastikan kalau suatu saat tiba-tiba naik lagi, maka harganya tidak lebih tinggi dari yang sekarang. Harga yang sekarang ini 'ceiling price'," ujarnya. Presiden belum bersedia memastikan kapan pemerintah mmengeluarkan keputusan kemungkinan penurunan harga BBM. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita putuskan. Tentu pertanyaannya kapan, berapa ini diturunkan. 'Exercise ini sedang dikerjakan, tidak boleh tergopoh. Saya juga tidak mau seakan ini untuk politik, itu tidak bagus," ujar Presiden. Presiden mengaku pemerintah sudah melakukan kajian kemungkinan penurunan harga BBM sejak beberapa pekan lalu namun sengaja tidak dipublikasikan karena harga minyak dunia masih fluktuatif. Jajaran menteri-menteri terkait yang melakukan hitung-hitungan pun, menurut Presiden, sebenarnya sudah berdiskusi dengan DPR untuk membicarakan perubahan subsidi BBM di dalam APBN. Sementara itu, usai bertemu dengan Presiden di Kantor Kepresidenan, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengatakan harga rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) saat ini masih tinggi, yaitu 107 dolar AS per barel, masih di atas harga asumsi APBN 95 dolar AS. "Kalau kita menurunkan harga BBM itu kita tidak bisa menghitung dari subsidi, karena subsidi sudah habis sekarang ini. Jadi, kalau harga BBM diturunkan subsidinya makin bengkak," katanya. Subsidi BBM di APBN, lanjut Purnomo, pada Oktober 2008 sudah habis karena telah terealisasi Rp130 triliun. "Rata-rata dari Januari 2008 sampai akhir Oktober itu ICP masih 107-109 dolar AS per barel, asumsinya kan 95. Dari sisi pendapatan ada tambahan, dari sisi subsidi membengkak, maka kesedot. Pada Oktober ini sudah Rp130 triliun pagu subsidinya," tutur Purnomo. Meski demikian, ia menambahkan, menteri-menteri terkait sedang melakukan perhitungan kemungkinan penurunan harga BBM sesuai dengan instruksi presiden. "Presiden mengatakan tadi supaya kita merelakan subsidinya itu akan lebih dari pagu. Karena harga minyak dunia terus turun dan itu untuk meringankan beban masyarakat. Sekarang sedang kita 'exercise' pagunya berapa," ujarnya. Purnomo mengatakan ia belum bisa menentukan apakah harga BBM bisa diturunkan sebelum akhir tahun karena pemerintah masih melakukan perhitungan dan mencermati fluktuasi harga minyak mentah dunia.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008